14 || Akhirnya bertemu

51.3K 6.5K 2.6K
                                    

Assalamualaikum...

Apa kabar kalian semua????

Aku baik alhamdulillah😂

Aku gemesssssss bangettt sama part ini, gak tau kalo kalian 😹

.
.
.

"AYANA!"

Jantung Zaina terasa berhenti berdetak saat mendengar panggilan itu. Apa ia tidak salah dengar?

Ayana?

Benarkah?

"Ayana, tunggu!"

Zaina tersadar, ia langsung berdiri. Namun, Alara lebih dulu menahan lengannya.

Begitu juga dengan Zayden, saat ingin mengejar Zaina, Elvano lebih dulu menahan lengannya.

"Ayana siapa, sih?" tanya Elvano bingung.

"Istri gue," jawab Zayden kesal.

"Istri lo namanya Zainab, bukan Ayana. Atau Ayana istri kedua lo?"

"Ck, lepas dulu keburu pergi dia," kata Zayden menepis tangan Elvano. Ia segera berjalan dengan cepat menuju Zaina berada.

Dan sekarang Zaina pasrah. Ia tidak bisa lari dan pergi ke mana-mana lagi. Gadis itu hanya bisa menunduk dalam saat Zayden sudah berdiri di depannya.

"Ay--"

"Apa, Zay? Ay? Wah-wah, baru juga ketemu panggilannya udah ayang-ayangan aja," celetuk Elvano dari belakang. "Kita kalah, Sayang," lanjut Elvano merangkul bahu Alara.

Pipi Zaina memanas, untung tidak ada yang bisa melihat karena tertutupi oleh cadar yang ia pakai.

Zayden menghiraukan ucapan Elvano. Matanya terus memperhatikan Zaina yang
sedari tadi menghindar dari tatapannya.

"Kak, ayo temani aku makan," ajak Alara menarik tangan Elvano untuk menjauh dari pasangan yang baru bertemu dan dilanda kecanggungan itu.

Dan setelah Elvano dan Alara menjauh, keheningan semakin tercipta di antara mereka.

Kecanggungan semakin tercipta.

"Ay--hm maaf, Zaina ...."

"I-iya," jawab Zaina begitu pelan. Zayden tersenyum mendengar suara Zaina untuk pertama kalinya. Ralat, bukan pertama kalinya, tapi untuk pertama kali setelah bertahun-tahun lamanya.

Zayden mengusap pangkal hidungnya guna untuk menepis rasa canggung sekaligus rasa gugupnya.

Zayden menarik napas panjang sebelum melakukan tindakan berikutnya. Baru kali ini laki-laki itu merasa sangat gugup. Sedikit ragu ia menggapai tangan Zaina. Zayden takut gadis itu akan menepisnya seperti saat ia dengan lancang memegang pergelangan tangan itu saat di mall waktu itu.

Perlahan tapi pasti, Zayden memberanikan diri untuk menggenggam tangan Zaina. Setelah berhasil dan tidak ada penolakan, Zayden sedikit bernapas lega. Dapat ia rasakan tangan gadis itu gemetar. Ia terkekeh kecil.

"Gugup, ya? Tremor, ya?" tanya Zayden. Jangan lupakan senyuman tipis terbit di bibirnya.

Mata Zaina mengerjap berkali-kali karena penuturan Zayden yang tepat sasaran. Ia sedikit mendongak, tapi tidak berani menatap langsung mata Zayden.

Melihat itu lagi-lagi Zayden terkekeh karena merasa gemas sendiri akan Zaina maupun dirinya yang seperti malu-malu kucing.

Zayden menatap tangannya yang sedang menggenggam tangan mungil Zaina yang masih gemetar.

"Ikut saya," ajak Zayden sambil menarik tangan Zaina untuk keluar dari restoran.

"T-tapi kak Alara?" Zaina menoleh ke belakang melihat ke arah Alara yang duduk bersama Elvano.

𝐙𝐈𝐍𝐍𝐈𝐀 Where stories live. Discover now