23 || Perlahan Membaik

40.6K 5.7K 2.3K
                                    

Assalamualaikum

Kangen sama aku gak?? Gak deh ....

KANGEN CERITA INI TIDAK???

Wajib, dong😅

Gimana kabarnya? Semoga kamu yang baca ini senantiasa diberi kesehatan dan kebahagiaan, aaamiiin

Yok ajak teman-teman kalian untuk baca cerita ini biar tambah rame, rekomendasikan kalo kalian suka😻

Bacanya jangan cepat-cepat, slowly but sure, okay?😅

Typo tolong, correct me if i'm wrong
.
.
.

Berjalanlah tanpa keragu-raguan, sudah panjang sekali hari-hari kamu lalui dengan menumpuk kesakitan pada diri sendiri
~ALFIALGHAZI

◤◡ᴥ◡◥

Zayden terdiam saat Zaina sudah kembali tidur. Mulut laki-laki itu memang terdiam, tapi tidak dengan jantungnya.

Bagaimana bisa jantungnya berdetak dengan normal saat tangannya di peluk oleh seorang gadis untuk pertama kalinya. Garis bawahi, pertama kali.

Ditambah lagi ini kali pertamanya ia tidur seranjang dengan seorang gadis selain adiknya. Gadis yang tak lain adalah istri sahnya.

"Mimpi apa saya semalam, Na?" gumam Zayden menatap wajah Zaina dengan leluasa saat tertidur.

"Senang, tapi ...."

"Saya juga takut.

"Takut saat nanti kamu buka mata. Kamu bakal bereaksi seperti apa?"

Setelah lama berkecamuk dengan pikirannya Zayden ikut tertidur.

Sedangkan di ruang tamu ada Gus Arfa yang sedang duduk berdiam diri sepulang dari patroli di asrama putra.

"Zayden apa udah pulang?" monolognya.

Laki-laki itu berdiri dari duduknya. Peci yang tadi ia copot kembali ia pakai.

Ia membuka pintu kamar Zaina, tapi ternyata pintunya terkunci.

"Tumbenan dikunci?" gumamnya.

"Apa Zayden masih di sini?"

Gus Arfa kembali keluar untuk melihat keberadaan mobil Zayden. Ternyata benar, mobil lelaki itu masih terparkir di samping ndalem.

Laki-laki itu mulai merasa gelisah.

"Jangan cemas, bagaimanapun Zayden suaminya. Zaina sudah menjadi tanggung jawabnya, tapi ...."

"Zayden belum mengetahui traumanya Zaina."

"Astaghfirullah," ucap Gus Arfa mengusap wajahnya dengan kasar. Ia takut hal beberapa tahun yang lalu terjadi lagi kepada Zaina.

"Tapi ini bukan tanggung jawab saya lagi, ya, Allah. Tolong beri kekuatan untuk adik hamba, hilangkan ketakutannya itu. Saya nggak sanggup jika ...."

"Astaghfirullah." Lagi-lagi Gus Arfa beristighfar.

Ia berserah kepada pencipta, pasti ini sudah takdir, pikirnya. Setelah itu Gus Arfa masuk ke kamarnya.

𝐙𝐈𝐍𝐍𝐈𝐀 Nơi câu chuyện tồn tại. Hãy khám phá bây giờ