Rule #9

29.1K 3.9K 1K
                                    

Notes : Since I probably couldn't make an update this weekend due to my other schedules, so here it is. A prepayment.



"There's an upcoming concert of Maestro Hans Graf next month at Esplanade. Lo nonton, nggak?"

"Really? You've purchased yours already?" Radit yang baru saja selesai memesan makan siang di Beast & Butterflies.

Randi mengangguk. "Just secured two seats."

Radit membuka Foldnya dan mengetap link yang dikirimkan Randi. "Lo ambil yang mana?"

"Premier. Wing door 2."

"Apaan premier door 2?" Ryan yang baru saja kembali dari toilet, bertanya penasaran.

"Piano Orchestra bulan depan di Esplanade. Lo berminat, nggak?" Randi mengulang informasinya.

"Yang rangkaian world tournya Hans Graf, ya?" tanya Ryan yang diikuti dengan anggukan oleh Randi. "Fanny sama Stacya sempet bahas itu juga. Tanggal berapa, Di?"

"15."

"Damn. Itu tanggal aanwijzing di anak perusahaannya WN yang bagian sekuritas. Mana sore, pula." Ryan menoleh menatap Radit. "Ya termasuk lo juga ya, Bapak. Kan bareng. Kenapa? Amnesia mendadak lo?" tanyanya sambil nyengir ketika melihat Radit yang sepertinya baru tersadar bahwa schedule yang Ryan sebutkan juga merupakan schedule-nya.

"Ah elo..." Radit berdecak. "Udah keburu gue bayar nih. Males banget ngurus refund-nya."

"Ya siapa suruh kagak ngecek jadwal dulu..." Ryan mencibir. "Lo beli berapa emang?"

"Dua lah."

"Sini gue beli. Buat adik gue sama pacarnya aja. She's a fan of classic orchestra."

Radit mengirimkan konfirmasi pembelian tiket ke Ryan dalam sekejap sambil memasang cengiran di wajahnya. "Mau juga dong jadi adiknya Kakak Ryan. Ditraktir ini itu."

"Kurang banyak apa lo ngabisin duit Mba Naina, heh? Hadiah nikahan aja lo nagihnya mobil. Resort di Maldives pun ditanggung dia dan Mas Gino. Padahal kurang gede apa hadiah-hadiah lo dari para ortu dan eyang?"

"Yaah... namanya juga adik kesayangannya nikah, kadonya juga jangan setengah-setengah lah," jawab Radit tanpa dosa yang membuatnya mendapat cibiran dari kedua sahabatnya yang merupakan anak tunggal. "Yah, padahal gue pengen nonton langsung konsernya. Elo sih, Yan. Bikin jadwal tuh yang bener dikit, kek."

"Yaelah, kambing! Padahal biasanya lo seneng kalau dapat jadwal Jumat di Jakarta." Ryan memutar matanya sembari mengirimkan dua tiket tersebut ke Stacya. "It feels nice to have a sibling, eh."

Randi dan Radit kompak meletakkan sendok dan garpu mereka kembali ke piring dengan gerakan yang disengaja dan menatap Ryan dengan kesal. "Coba ulang omongan lo tadi?"

Ryan reflek mengangkat kedua tangannya sambil menahan tawa. "Ampun, bos. Maksud gue, to have 'a little sister'. Ralat, ralat, khilaf. Harap maklum. Nggak mungkin dong gue lupa kalau gue punya saudara-saudara yang baik hati, kaya, tidak sombong, rajin menabung macam kalian..."

Randi mendengus dengan wajah bosan. "Bayarin makan siang. Bodo amat. Siapa suruh bangsat."

"Dan makan malam. Oh, sama tiket tadi, bayar dua kali lipat. Siapa suruh bangsat dan bajingan," sambung Radit satu suara dan melanjutkan makannya dengan puas, tanpa memperdulikan protes dari Ryan.



-xxx-



"Le, tau jawabannya ini, nggak?"

Leo yang tengah menekuni layar laptop di hadapannya, menoleh ketika mendengar pertanyaan Stacya yang juga sedari tadi sibuk mengerjakan tugas. "Ada di materi yang kemarin Jacquelline bagiin ke kita." Ia menarik laptop Stacya mendekat dan membuka file yang ia maksud sampai akhirnya ia menemukan bab yang membahas tentang Covered Bonds. "Nah ini dia. Pfandbriefe. Collaterized bond with an investment-grade rating that has a yield premium over sovereign bonds. Mirip-mirip kayak MBS (mortgage-backed securities)-nya US."

RestrictionOpowieści tętniące życiem. Odkryj je teraz