Rule #16

9.6K 1.8K 155
                                    

Author Notes :

Hi, all. Well, I won't say much here. I've explained the details (incl the reasons where have I been all these times, and WHY I left this platform for quite long), it explained on my social media. I've pinned it on my twit ayoouu, or at my second IG's feed : diariesofayoouu

Anyway, thank you for waiting. And still waiting patiently. Happy reading




***


"Kaki aman?"

Pertanyaan yang dilontarkan Radit dengan nada geli sukses membuat Ryan mendelik namun tanpa menghentikan kegiatannya menghabiskan seporsi kambing guling.

Sementara itu di venue yang merupakan salah satu hotel di kota Surabaya, hanya tinggal beberapa tamu yang merupakan keluarga inti Ryan dan Fanny, lengkap dengan beberapa staff hotel yang mulai siap-siap untuk membereskan properti setelah acara resepsi Ryan dan Fanny yang berlangsung kurang lebih lima jam nonstop. Itu juga yang menjadi alasan kenapa Ryan-dan juga Fanny-kini sudah duduk bergabung di round table bersama dengan para sahabatnya.

"Easy, Arrayan. Masih ada satu resepsi lagi. Enjoy it," ujar Radit lagi. "Baru abis itu lo merasakan balinese and hot stone massages tidak pernah se-"surga dunia" itu sebelumnya."

Dua botol minuman isotonik baru saja diantarkan ke meja mereka atas request Ryan dan Fannny. Randi memindahkannya agar lebih dekat ke pasangan tersebut.

"Be like Randika, my dear childish boys." Ryan membuka botol minumannya dan milik Fanny sambil melempar tatapan mencela ke arah tiga sahabatnya yang lain. "But no wonder Radit said I have to prepare a pain relief patch. Not even a second gue punya kesempatan untuk duduk."

"Tapi lo nyanyi dengan bagus-well, emang nggak pernah jelek, sih. Tapi yang tadi bener-bener... wow. Lo bahkan bisa membuat Fanny nggak peduli dengan riasan make up-nya karena nggak bisa nahan nangis bahagia..." Alya ikut berkomentar. "Gue bahkan nggak tau dia nangis lebih banyak pas akad atau pas lo nyanyiin tadi."

"Fan, make sure yours are tears of happiness, not tears of freaking out, karena dinikahi Ry-BANGKE!" Devan mengaduh sebelum kalimatnya selesai karena sudah lebih dulu mendapatkan tendangan di bawah meja oleh Ryan. "Ayo buru lo kelarin makan. Kasian tuh Fanny, PR-nya masih banyak habis ini sebelum bisa istirahat."

"Lo semua pada nginap di sini kan?

"Si Tuan Muda Hareshananda nggak tuh katanya. Mau nginap di rumahnya. Secara rumah dia ada di seantero nusantara."

"Devan lo percaya, aliran tersesat yang pernah ada. Randi hanya memutar bola matanya dengan ekspresi bosan. "Gue besok siang ada undangan nikahan keluarga juga di Malang. Acara siang, pula. Gue langsung nginap di sana aja, Yan. Takut bablas."

"Lo ke Malang naik apa?"

"Ada driver."

"Ya udah jalan sekarang aja nggak, sih? Tar keburu kemalam-kepagian."

"Iya, ini lagi nunggu driver-nya dari basement."

"Reva udah sampai bandara?" Giliran Alex yang angkat bicara.

Randi mengangguk. Sekarang ini ketika mereka duduk mengelingi meja, hanya dia yang kini tanpa pasangan. Reva bukannya tidak hadir. Randi justru merasa sangat berterima kasih karena kekasihnya itu masih menyempatkan diri di tengah rencana keberangkatannya ke US selama seminggu-yang seharusnya ia bisa mengambil flight dari SG yang mungkin hanya membutuhkan satu kali transit dengan durasi lebih pendek, namun Reva rela mengubah rutenya menjadi lebih panjang karena ia memulai dari Surabaya dengan dua kali transit. That's why ia harus lebih dulu meninggalkan venue resepsi Ryan dan Fanny.

RestrictionDove le storie prendono vita. Scoprilo ora