Rule #5

22.7K 4.1K 924
                                    

for the long delay of updating this, please kindly read the explanation on my profile's wall



"Kalau lo ke Bandung, acara lamaran gue gimana?"

Randi yang tengah menunggu pesanannya di counter Starbucks Terminal 3 Soetta bagian Arrival saat itu bersama Ryan dan Radit setelah penerbangan mereka dari Singapore di Jumat malam, menimpali pertanyaan Ryan dengan santai. "Gue ke Bandung besok. Nggak nginap. Kan lamaran lo minggu sore."

"Ngapain sih lo ke Bandung?" tanya Radit. Ia tadi memang agak telat bergabung dengan Ryan dan Randi—bahkan ia penumpang terakhir yang masuk ke pesawat karena agendanya selesai lebih lama dari yang direncanakan. Sepanjang penerbangan pun, ia habiskan dengan tidur sehingga ia tidak mendengar penjelasan Randi sebelumnya.

"Ketemu calon mertuanya," Ryan yang menjawab pertanyaan Radit. "Finally..."

"'Finally'?" Kening Radit berkerut heran ketika ia mengambil Iced Americano-double shot-less sugar-nya yang sudah tersedia. "Emang kemarin-kemarin belum pernah? Lo sama Reva bukannya udah lumayan lama jalannya?"

Randi hanya mengangkat bahu. "Belum pernah kepikiran selama ini."

"Belum pernah mau lo pikirin, lebih tepatnya," sambar Ryan. "Can't blame you, though. All of us had been in that state also."

Randi mencibir. "Lo ngomong gitu bikin gue mikir apa jangan-jangan umur kita beda seabad apa gimana..."

"We are seniors in relationship terms, bro." Radit merangkul bahu Ryan dan menatap Randi dengan tampang jumawa. "But you are fine with that, right, Di?"

"With what?"

"Meeting with your girlfriend's parents."

Randi mengangkat sebelah alisnya. "Gue nggak pernah mengeset ekspektasi apapun. So, I'm fine for any possible conditions that will happen..."

Ryan dan Radit bertukar tatapan sekilas. "Gue yakin bakalan lancar. I mean, we are talking about Reva. Gue sih ngeliat lo sama dia cocok-cocok aja."

"Same here."

Randi menatap kedua sahabatnya tersebut dan tersenyum tipis. "Thanks, dude."



-xxx-



"Randi asli mana?" Pertanyaan tersebut dilontarkan oleh Tante Rani—ibu dari Reva—mereka tengah berada di salah satu restoran di bilangan Ciumbuleuit siang menjelang sore itu, dengan Reva yang menyambutnya begitu ia sampai dan kini bergabung dengan keluarga besar Wiryamanta yang hadir.

Randi meletakkan sendok dan garpu di tangannya sebelum menjawab. "Orang tua saya dua-duanya dari Solo, Tante."

"Kamunya juga besar di Solo juga apa di Jakarta?"

"Lahir dan besar di Aussie. SMP dan SMA balik ke Jakarta."

Tante Rani dan keluarga Reva yang lain mengangguk-angguk mendengar penuturan Randi. "Aussie ikut orang tua kerja?" kali ini salah seorang wanita—yang seingat Randi merupakan tante dari Reva—mengangkat suara.

"Waktu itu Papa lagi ngambil doctoral. Tapi saya stay lebih lama, tinggal dengan Oma dan Opa disana sambil nunggu sampai masuk SMP biar nggak usah ribet ngurus pindah sekolahnya," terang Randi lagi sambil meraih gelas berisi air didepannya dan meneguknya.

RestrictionWhere stories live. Discover now