Rule #13

13.8K 2.6K 404
                                    

Notes : Hi all, sorry for the super long hiatus, due to many things (termasuk revisi Requisition yang memang memakan waktu cukup--SANGAT--lama). I sincerely apologize for making you wait for too long, and I hope you are still there, willing to read this story. Thank you very much.



"Hey, what's wrong?" Randi menjentikkan jarinya di depan wajah Reva ketika disadarinya sejak tadi perempuan tersebut sedang melamun. Sudah satu jam mereka duduk di sofa ruang tamu apartemen Reva dan Randi baru menyadari bahwa perhatian perempuan itu tidak tertuju pada buku di tangannya.

Reva mengerjapkan mata, lalu menggeleng. "Just thinking about something else."

Randi menatapnya sesaat dan mengangguk. "Feel free if you want to share it," ucapnya sebelum kembali melanjutkan aktivitasnya di laptop. "Work matters?"

"No." Reva lagi-lagi menggeleng. "Another thing."

"If you need a hand, just let me know."

Reva tidak segera merespon dan kembali terdiam selama beberapa saat. Sampai akhirnya ia kembali membuka suara. "Orang tua kamu udah tahu?"

Randi mengalihkan tatapannya dari layar laptop sekali lagi. "Tahu apa?"

"Aku."

"What's with—" ucapan Randi terhenti sejenak ketika tersadar maksud perkataan Reva. "Ada yang aku lewatkan antara kamu dengan orang tua kamu? Mereka keberatan dengan aku?"

Reva menghela napas panjang. "Seperti yang pernah kubilang ke kamu di awal. Aku bisa handle masalah orang tuaku. You don't need to worry at all."

"What did they say? Let's be honest with each other. Kita tahu cepat atau lambat kita emang nggak bisa menghindar lagi dari topik ini."

"They want to know about your parents' reaction also."

Randi menutup laptopnya, tahu bahwa fokusnya sudah teralihkan sepenuhnya. "Mereka belum tahu apapun. They know that I am in a relationship, tapi mereka belum tahu dengan siapa."

"Don't you think it's about time to tell them? Maksudku... aku bahkan udah cukup mengumpulkan keberanian dan mengajak kamu bertemu dengan orang tuaku."

"Dan memang sudah seharusnya begitu. Karena kita berdua tahu pihak mana yang akan lebih berat untuk menerima," tukas Randi. "That's why I'm asking you, what was your father's reaction, Rev? When he knows that his daughter's boyfriend is a Hareshananda."

Reva tidak langsung menjawab dan hanya menatap kosong buku di pangkuannya. Baru setelah beberapa saat ia akhirnya bersuara kembali. "Kita udah pernah bahas ini sebelumnya, Di. Berkali-kali sebelum kita memutuskan untuk memulai kembali hubungan kita. But I just want to ask you again. Aku cuma ingin tahu apakah jawabanmu masih sama. Kalau hubungan ini terkendala dengan kedua orang tua kita, apa kamu bakal memperjuangkan ini di depan papa kamu?"

"Dan jawabanku masih selalu sama, Rev. I will. Selama seseorang yang aku perjuangkan juga sanggup untuk memperjuangkan aku di hadapan orang tuanya. Because I can't fight alone. This is a relationship, where both of us are involved. Aku butuh kamu berdiri di sisi yang sama dengan aku."

"You know that I love you, Di. Sejak awal, aku tahu apa yang harus aku hadapi."

"And you also know our feeling is mutual," ujar Randi. "Mempertemukan kamu dengan orang tuaku bukan hal yang mustahil, Rev. I can make it happen just with one call right now. But let me ask you, kamu udah punya jawaban kalau mereka bertanya bagaimana respon orang tua kamu terhadap hubungan kita?"

RestrictionWhere stories live. Discover now