Dear Surga part 18 - About Dragonwell

24 2 0
                                    

DS 18. About Dragonwell

Karena prinsip kami, habisi jika dia adalah penghianat.
-Reynand Ghava Melviano

🍁🍁🍁

Di bawah langit sore yang membawa angin lembut, Rey menghela napas panjang. Mengernyitkan dahi sembari menyugar rambutnya. Ia duduk di meja depan kafe Fatimah, dengan payung besar yang melindungi kepalanya.

 Ia duduk di meja depan kafe Fatimah, dengan payung besar yang melindungi kepalanya

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.


Rey mengalihkan perhatian. Masih menunggu Queen membalut luka di telapak tangannya. Rey mengembungkan pipi-merasa bosan. Sampai-sampai yang dilakukannya hanya memainkan kaki di atas tanah.

"Kenapa?"

Rey menoleh, sepertinya Queen menyadari betul kegamangannya. Gadis itu masih fokus membalut luka tanpa menatapnya.

"What?" tanya Rey.

Queen mendongak, lalu mengembuskan napas-terlihat kesal. Dia memberi sentuhan terakhir pada balutan luka Rey dengan menekannya sedikit kuat, membuat Rey meringis.

"Aw! What's wrong, Queen?!" seru Rey.

"Kamu memikirkan Fatimah, 'kan, Kak?"

"Sure," jawab Rey, sebuah kebenaran untuk pergolakan yang terjadi di benaknya.

"Apa dia setakut itu dengan darah?" gumam Rey pelan, kembali mengingat bagaimana ketakutan Fatimah saat melihat darah mengalir di telapak tangannya.

Apa yang terjadi di masa lalunya?

Queen menutup kotak obat, lalu menatap langit sore yang cukup indah. "Aku juga baru tahu fakta ini-kalau Fatimah punya trauma yang cukup serius sama darah. Adiba bilang, terjadi sesuatu di masa kecil Fatimah, sampai membuat dia sangat takut sama cairan merah bernama darah. Aku nggak tahu apa yang terjadi. Aku pikir Adiba nggak harus memberitahuku. Biar Fatimah sendiri yang bercerita. Kalaupun dia nggak bersedia, aku juga nggak keberatan," jelas Queen mengendikkan bahu santai.

Sangat disayangkan, Rey tidak bisa. Rey sangat keberatan. Rey ingin tahu apa yang terjadi pada Fatimah. Rasa ingin tahunya tak terkendali.

Sesuatu di masa lalu kamu mungkin tidak akan seburuk masa laluku, Putri.

"Kamu juga, Kak!"

Rey menoleh, menaikkan sebelas alisnya.

"Kenapa, sih, harus pecahin cangkirnya? Apa kamu segabut itu sampai melakukannya? Sok menunjukkan kekuatan kamu yang mampu pecahin cangkir cuma dengan menggenggamnya? Kamu berlebihan, Kak!" omel Queen dengan wajahnya yang menggemaskan.

Rey tidak menggubris, ia memilih meraih jus jambunya di atas meja. Lengan kanannya yang terluka membuat Rey mau tak mau harus makan dan minum menggunakan lengan kiri.

Dear Surga Where stories live. Discover now