Dear Surga part 9 - Graduation Day

115 16 13
                                    

DS 9. Graduation Day

Kamu hanya memiliki dua teman dalam hidup ini. Pertama adalah Allah, dan yang kedua adalah orang yang selalu mengingatkanmu kepada Allah.


🍁🍁🍁

Di tengah malam, di antara gelapnya ruangan, di bawah cahaya yang berpendar redup, derap langkah kaki—berasal dari sepatu bot itu menghentak lantai. Terdengar penuh ketegasan, kesakitan—juga dendam dari suara yang tercipta.

Lengan anggunnya membuka salah satu pintu di rumah yang ia masuki. Sebuah kamar. Seringai tajam tercipta di bibir merah menyala, senada dengan tajamnya sebuah pisau di genggamannya.

Perempuan berpenutup kepala merah muda itu melangkah masuk dengan tegas. Memutari ranjang, lalu berhenti di sisi seorang pria yang lengannya terlihat menggenaskan.

Tanpa ada keraguan sedikit pun, perempuan itu meletakkan ujung pisaunya di atas wajah pria itu—mengukir mengikuti garis wajahnya. Sampai membuat pria itu terbangun dari tidurnya yang sangat nyenyak, wajah tidak berdosanya terlihat terkejut dengan kehadiran perempuan itu.

"Siapa kamu?" Pria itu beringsut ke ujung ranjang. Berjaga-jaga. Terlihat begitu menggemaskan.

Tawa menggelegar memenuhi ruangan. Perempuan yang menggunakan penutup kepala itu menaikkan sebelah alisnya dengan kejam. Wajahnya serupa malaikat maut yang disembunyikan di balik paras bidadari. "Aku? Siapa?" kekeh perempuan itu menarik pisaunya. Mengusapnya dengan ibu jari begitu pelan—menggoda, namun mengerikan. "Pemilik dendam dengan tuanmu," bisiknya parau.

"Tuan? Tuan siapa yang kamu maksud?" Pria itu mengerutkan keningnya. Menegakkan tubuh di atas ranjang.

Perempuan itu menyeringai. Tidak lagi sabar menghabisi mangsa di hadapannya. Dia berdehem pelan dengan kengerian di wajahnya yang nyata. "Reymond?" Ada geraman penuh kebencian ketika dia mengatakannya.

"Tuan Reymond?" Pria itu semakin beringsut ketakutan. Sementara perempuan itu tertawa di tengah sepinya malam. Tawa yang menjanjikan siksaan tanpa akhir. Tawa penuh kesiapan menggantikan malaikat kematian untuk menjemput pria di hadapannya ke neraka.

"Sstt, jangan menjauh," bisik perempuan itu meletakkan pisau di depan bibirnya. "Luka di tanganmu belum cukup sembuh," sambungnya, sebelum kembali terkekeh keras.

Perempuan itu menegakkan tubuh. Sudah lelah bermain-main. Dia menatap pria di hadapannya dengan tajam. "Bagaimana luka di tanganmu itu? Bagaimana rasanya mematahkan tangan sendiri hanya untuk patuh pada tuanmu? Pasti sangat menyakitkan, kan?" Perempuan dengan mata bulat itu mengacungkan pisau ke hadapan wajah mangsanya. "Tapi, tidak akan sakit lagi jika kamu mati di tanganku. Bagaimana? Terima penawaranku?"

"Are you crazy?!" teriak pria itu dengan wajah penuh keringat. Tidak tahu jika kalimatnya telah menyulut emosi perempuan sadis di depannya.

"Aagghhh!!!" Teriakan menggema itu terdengar dari perempuan tersebut, bersamaan dengan memuncratnya darah dari perut pria itu. Darah menjijikkan yang mengenai wajah dan penutup kepala perempuan sadis tersebut. "Jangan pernah mengataiku gila!! Tuanmu yang membuatku gila, sialan!!" teriaknya lagi.

Pria di hadapannya terbaring lemas dengan lengan menyentuh perutnya yang berdarah. Matanya membuka menutup menahan sakit. Sementara rintihan tidak berhenti terucap dari bibirnya. "K—kenapa ka—kamu m—melakukan ini?" lirih pria itu.

Perempuan itu tertawa. Terdengar seperti iblis. "Untuk balas dendam pada tuanmu," geramnya penuh penekanan. "Aku akan menghabisi seluruh anak buahnya. Lalu yang terakhir ...." Dia mengalihkan perhatian pada jendela kamar yang terbuka. Sorot cahaya bulan menerpa wajahnya yang cantik jelita. "Queennya," sambungnya dengan tegas. Terdengar penuh tekad. Penuh janji yang akan segera ditepati.

Dear Surga Where stories live. Discover now