Dear Surga part 20 - That Night

22 3 0
                                    

DS 20. That Night

Gadis itu, bagaimana kabarnya?
Gadis itu, bagaimana kondisinya?
Gadis itu, bagaimana ketakutannya?
Gadis itu, apakah masih terjebak trauma?
Gadis itu, apakah dia baik-baik saja?
—Reynand Ghava Melviano

🍁🍁🍁


Tidak banyak yang tahu, apa yang sebenarnya terjadi pada malam itu. Suasana perumahan yang sepi sunyi, membuat seorang pun tidak peduli terhadap apa yang terjadi pada masing-masing tetangga mereka.

Terkecuali satu keluarga sederhana yang baru seminggu tinggal di perumahan tersebut. Masih dalam proses adaptasi dan membiasakan diri, mereka selalu berusaha mendekatkan diri pada tetangga-tetangga terdekat.

Kepala rumah tangga keluarga tersebut, Husen namanya. Dia baru saja pulang selepas salat isya di masjid terdekat. Hanya satu rumah lagi yang harus dilewati sebelum sampai rumahnya, tetapi sesuatu membuat langkahnya berhenti. Beberapa mobil hitam yang keluar dari rumah besar kediaman keluarga Melviano, membuat Husen merasa curiga.

Seorang penjaga rumah yang sempat beberapa kali bertukar sapa dengannya tergelatak dengan simbah darah, Husen bergegas mendekat. Memeriksa napasnya, terkejut ketika tahu penjaga tersebut tidak lagi bernyawa.

Ini perampokan. Husen berlari masuk ke dalam kediaman Melviano. Tidak tahu bahwa dia telah memasuki sarang singa, Husen dibuat sangat terkejut melihat darah di mana-mana. Pasangan Melviano pun tergelatak tak berdaya, hanya tersisa raga.

Husen mendekati Ares Melviano. Memeriksa napas, dia sudah tiada. Di sisinya terdapat sebuah pistol, Husen meraihnya. Mungkin para perampok itu menggunakan pistol tersebut untuk membunuh Tuan dan Nyonya Melviano.

"Kamu!"

Husen terkejut-segera menoleh. Seorang anak laki-laki berusia sekitar 12 tampak menuruni anak tangga. Matanya basah oleh sungai yang menganak, tapi tatapannya justru tajam menghunus seperti pedang.

Anak itu melirik pistol di lengan Husen dengan tatapan menuduh. Husen menyadari itu, segera membuang pistol tersebut. Sayangnya, anak laki-laki itu justru menatapnya lebih tajam.

"Paman membunuh orang tuaku?" tanyanya dingin, tanpa ekspresi. Rautnya menahan kekecewaan yang begitu dalam.

"Apa mereka memiliki salah pada Paman?" tanyanya lagi, masih tanpa ekspresi.

"Apa kesalahan mereka tidak bisa dimaafkan, Paman?" Dia bertanya lagi.

Mungkin terdengar tenang, tapi nadanya sungguh seperti ancaman.

Husen menggeleng, ini semua tidak benar. Ia mendekati anak itu, tapi dia justru menghindar.

"Kenapa. Paman. Membunuh. Mereka?" tanya anak itu dengan penuh penekanan. Husen bisa mendengar giginya bergemeretak, dan rahangnya mengetat penuh amarah.

"Dengar, Nak. Paman tidak-"

Tetapi sepertinya penjelasan Husen terlambat. Suara sirine mobil polisi sudah terdengar di luar rumah. Husen menoleh, terkejut ketika beberapa pistol sudah menodongnya. Dan satu dari mereka, bukanlah seorang polisi. Dialah Smith Melviano, yang memilih segera mendekati keponakannya, membawanya dalam dekapan dan mencoba menenangkan.

"Aku melihatnya memegang pistol untuk membunuh Papa dan Mama, Uncle," anak kecil itu berkata sembari menatap Husen. Membuat Husen makin terpojokkan.

"Uncle akan urus semuanya. Kamu tenang saja." Smith Melviano mengusap kepala keponakannya, lalu menoleh pada para polisi. "Aku tidak mau tahu, kalian tangkap dia. Beri dia hukuman sementara, sisanya biar aku yang menyelesaikan!" perintah pria itu dingin dan sesuka hati.

Dear Surga Where stories live. Discover now