Dear Surga part 5 - Meet him

220 30 4
                                    

Calista menangis melihat anak-anak yang tengah bermain di hadapannya. Membuat Fatimah yang telah selesai membagikan balon pada mereka mendekat dan menggelengkan kepala kecil.

Fatimah tersenyum manis, menggenggam tangan Calista lalu membawanya menuju kerumunan anak-anak. "Don't cry, Ta. Mereka akan sedih." Bisiknya.

Calista mencebikkan bibirnya. "Aku sedih, Fa. Aku bisa hidup tenang, bahagia, dan sehat, sedangkan mereka harus berjuang untuk hidup. Kenapa aku baru memikirkan semua ini sekarang?" Gadis itu menghapus air matanya. "Bahkan mereka masih mampu tertawa, tanpa menyadari kanker itu semakin menggerogoti habis tubuh mereka." Sekali lagi air mata Calista jatuh.

Fatimah membeku. Tepat setelah mendengar kalimat terakhir Calista. Berusaha tidak terpengaruh, ia tersenyum. "Sebab itu aku memberinya balon dengan gambar sebuah senyuman. Setidaknya mereka merasa aku memberikan semangat dengan senyum itu." Jelasnya memandang teduh anak-anak di sana.

Kemudian Fatimah meraih satu balon yang tertinggal. Tersenyum menenangkan, "Kamu menangis? Aku berikan satu balon untukmu. Sekarang senyum, seperti gambarnya." Fatimah meletakkan balon itu di tangan kanan Calista.

Setelahnya ia meraih telapak tangan kiri Calista. "Atau, jika kamu merasa kurang, aku gambarkan di sini," Kata Fatimah lagi mulai menggerakkan jari telunjuknya di atas telapak tangan kiri Calista. Membentuk lingkaran, kedua titik sebagai mata, dan lengkungan panjang untuk senyuman. Wajah yang tersenyum, setidaknya itu yang Fatimah gambar di sana.

Calista tertawa dan memeluknya erat. Fatimah membalasnya dengan rasa lega, tersenyum di balik pelukan sahabatnya.

Pelukan mereka terlepas ketika merasakan sebuah tarikan di bagian bawah gamis Fatimah. Itu salah satu dari mereka-- anak penderita kanker. Gadis berkepala botak itu tersenyum di balik bibir pucatnya. "Kak, ayo main!" Ujarnya, mampu membuat Fatimah dan Calista beradu pandang dan tertawa.

Calista membawa anak itu kembali menuju kerumunan anak-anak lainnya dan menggabungkan diri untuk ikut bermain bersama mereka. Sementara Fatimah menatapnya dalam diam. Sesak memenuhi dadanya hingga satu tetes air matanya jatuh.

"Fa, sini!" Calista memanggilnya. Sepertinya juga tidak melihat air matanya yang sudah beberapa kali jatuh di pipinya.

Fatimah mengangguk dengan tersenyum. Ia menghapus air matanya. Mengambil gambar Calista dengan anak-anak itu menggunakan kamera polaroid, berikut menyelipkan hasil jepretannya di antara halaman buku Diary-nya. Setelah itu ia bergabung dengan mereka.

***

Fatimah menatap Calista penuh selidik ketika sahabatnya itu membawa mobilnya melewati rumahnya dan malah berhenti di halaman rumah Calista.

"Kenapa membawaku ke sini, Ta?" Tanya Fatimah heran. Melepaskan sabuk pengamannya.

"Rumah kamu ada di sebelah rumahku, Fa. Kamu bisa pulang sendiri." Kata Calista ringan. Fatimah melebarkan mata mendengarnya. "No. Just kidding. Aku mengajakmu main di rumahku. Seperti biasa, tidak menerima penolakan." Sambung Calista tertawa, lalu menatap memohon pada Fatimah.

Fatimah menghela napas. Gadis yang tidak lain adalah sahabat barunya benar-benar pemaksa. Namun, sekalipun Fatimah enggan untuk menolaknya. Yang Calista minta adalah hal sederhana, yang mampu Fatimah penuhi. Jadi, mengapa tidak?

Kamu sudah memiliki banyak kesedihan di hidupmu, Calista. Sekarang biarkan aku mengisi kebahagiaan di hidupmu. Setidaknya dengan hal yang paling sederhana sekalipun.

"Calista!" Fatimah tersentak ketika Calista sudah lebih dulu pergi meninggalkannya begitu saja di dalam mobil.

Segera ia keluar dan mengejar sahabatnya. Sedikit merasa takut ketika beberapa pria bersetelan hitam memandangnya dengan tatapan menyelidik. Dia seperti penjahat saja.

Dear Surga Where stories live. Discover now