Dear Surga part 6 - Talk with Her Under the Starlight

192 26 6
                                    


Fatimah mengerutkan keningnya ketika tiba-tiba lelaki di hadapannya memanggil seorang pelayan muda. Mereka tampak berbicara sesuatu, sebelum pelayan itu memakai sebuah earphone dan duduk di kursi meja makan di dekatnya-- membelakangi mereka.

Setelah itu Rey duduk di kursi pantry di hadapannya-- tidak benar-benar di hadapannya karena lelaki itu duduk terlalu menjorok ke kanan, sehingga tampak sekali jarak di antara mereka.

Fatimah sama sekali tidak bermasalah dengan itu. Saat ini Fatimah bahkan merasa Rey sedang menjaga khalwat dengannya. Memanggil seorang pelayan, agar mereka tidak berdua saja dalam satu ruangan, dan menjaga jarak adalah salah satu usaha lelaki itu. Benar atau tidaknya, Fatimah tidak yakin dengan pemikirannya.

"Ingin dengar lelucon?" Tawar Fatimah ulang. Fatimah tidak tahu kenapa ia bersikeras, padahal ia yakin Rey akan menolaknya. Seorang Rey mungkin tidak akan membuang waktunya untuk berbicara mengenai hal tidak penting. Bukankah waktunya pasti sangat mahal?

Seharusnya juga Fatimah sudah kembali ke kamar Calista saat ini. Ia hanya meminta izin untuk membuang sampah tisu dan ke kamar mandi tadi. Fatimah berpikir mungkin saja Calista sudah kesal menunggunya.

Rey menoleh, menaikkan sebelah alisnya, lalu bergeser untuk bersitatap dengan Fatimah. Mata tajamnya terpusat penuh padanya. Membuat Fatimah yakin jika Rey memang tidak bisa ditolak oleh gadis manapun. Dia ... terlalu memikat.

"Apa itu?"

Fatimah tertegun. Mengerjap beberapa kali dengan mulut yang membuka menutup. Kehilangan kata-kata. Jawaban Rey masih tidak diterima akalnya. Fatimah benar-benar tidak menyangka. Ia merasa ... menjadi orang terbodoh saat ini dengan ekspresi wajahnya.

Jangan bersikap bodoh, Fa!

Fatimah berdehem. Tersenyum lebar untuk membentengi rasa terkejutnya. "Kamu tau? Dulu ada Barsisha, seorang ahli ibadah. Seluruh hidup dan waktunya hanya dihabiskan untuk beribadah kepada Allah. Tetapi suatu hari, setan datang untuk menggodanya, menyesatkannya. Setan menawarkan si ahli ibadah itu untuk melakukan satu kesalahan-- dosa, dengan iming-iming hal itu akan meningkatkan ibadahnya. Lalu si ahli ibadah itu menyetujuinya. Meminum khamar atau alkohol yang ia anggap sebagai dosa paling ringan. Awalnya memang hanya meminum alkohol. Namun kemudian berzina, berikut membunuh korbannya karena mabuk. Bahkan di akhir hidupnya, ahli ibadah itu telah menyekutukan Allah dengan menyembah setan. Jika dipikir, dia melakukan kesalahan yang merupakan dosa besar. Bahkan Allah tidak memaafkan dosa untuk orang yang berzina dan musyrik." Jelas Fatimah. Ia tidak yakin Rey akan mengerti atau bahkan repot-repot mendengarkannya. Terlebih ketika Fatimah melihat kerutan di dahi Rey.

"Bukannya itu lucu? Ibadah yang selama hidupnya ia lakukan untuk Allah, menjadi sia-sia hanya karena godaan setan yang membawanya pada dosa. Yang membuatnya meminum khamar." Fatimah tersenyum manis. Tanpa merasa bersalah menunjuk gelas yang hendak Rey teguk isinya.

Rey mengerutkan kening-- terdiam. Perlahan meletakkan gelasnya di atas meja, lalu menatap Fatimah lekat. Tatapannya tajam menembus Fatimah. Membuat gadis itu perlahan mulai menggigit bibir bawahnya. Takut jika Rey berbuat sesuatu yang tidak pernah ia duga.

Lelaki itu menegakkan tubuh, kemudian tampak melihat pelayannya yang masih duduk membelakangi mereka, sebelum menunduk menatap gelasnya di atas meja. Rey berdehem pelan dan tersenyum amat sangat tipis. Mungkin Fatimah tidak akan melihatnya jika tidak teliti. Fatimah tersenyum semakin lebar dibuatnya. Merasa hangat melihat senyum lelaki itu.

Jangan sekarang, Fa. Ini bukan waktunya untuk membahas hal lain.

Memainkan gelasnya dengan memutar-mutarkannya pelan, Rey kemudian mendongak dan kembali menatap Fatimah. Kali ini lebih lekat. Seolah dunianya hanya pada satu titik-- pada Fatimah. "Aku rasa itu bukan lelucon ..." Rey membiarkan jeda pada kalimatnya. Membuat Fatimah menahan napas untuk sekadar menunggu lanjutannya.

Dear Surga Where stories live. Discover now