Dear Surga part 1 - Back to home

347 39 4
                                    

Rolls-Royce hitam itu tampak terparkir apik di halaman rumah besar dengan dominan warna abu. Lalu, seorang pemuda keluar dari dalam mobil mewah tersebut, disusul dengan gadis cantik yang segera dirangkul olehnya.

Pandangan mata pemuda tersebut begitu kelam memandang rumah di hadapannya. Tangannya sudah terkepal erat di samping tubuh, juga di pundak gadisnya. Untuk pertama kalinya, setelah belasan tahun, seorang Reynand Ghava Melviano kembali menginjakkan kakinya di tempat ini-- tempat terkutuk dengan masalalu dan mimpi-mimpi kelam. Juga tempat yang sebenarnya tidak pernah ingin ia datangi lagi selama sisa hidupnya. Ini terlalu menyakitkan.

"Kak, aku senang kita kembali ke rumah ini," Rey menoleh ketika adiknya bersuara dengan binar bahagia setelah mendapatkan apa yang dia inginkan. Benar, ratunya yang meminta untuk kembali. Sebab itu Rey bersedia kembali. Karena untuk segala kebahagiaan Queen, sesosok Rey tidak akan pernah menolaknya. Meskipun itu menyakitkan.

"Tapi bukannya dulu warna catnya itu biru sama putih, ya? Kenapa sekarang jadi abu?" Dia kembali bersuara. Seharusnya Queen tidak perlu bertanya soal itu. Sebab Rey yakin adiknya mempunyai jawaban atas pertanyaannya.

Rey melepaskan rangkulan pada adiknya. Lalu menatap wajahnya. "Looks better," balasnya. Kemudian ia melangkahkan kakinya menaiki undakan anak tangga.

Menghentikan langkah, Rey termenung di ambang pintu masuk. Sesak memenuhi dadanya. Ia kehilangan napasnya. Rahangnya mengetat atas emosi yang meluap. Beberapa kali kakinya sudah hendak melangkah masuk, namun rasa tidak siap membuatnya mengurungkan niat.

Dia berbalik, menjambak rambutnya sendiri, ia berteriak frustasi. Ini tidak akan mudah.

"I know you can, Kak." Uluran lengan adiknya membuatnya menoleh dan menatapnya sejenak. Adiknya, ratunya, Calista Shaqueena Melviano ada di sampingnya. Mengulurkan lengannya dengan senyum menenangkan.

Ini untuk Queen, Rey!

Perlahan, dengan ragu, Rey menerima uluran tangan adiknya. Ia membiarkan adiknya membawanya masuk.

Degup jantungnya menggila seiring dengan langkah. Sesak semakin menguasainya ketika Queen membawanya semakin ke dalam. Rey tidak pernah membayangkan akan sesakit ini untuk kembali ke rumah ini. Sama sekali ia tidak memperhitungkannya.

Semakin dalam ia masuk, semakin gencar ia mengamati seisi rumah. Tidak ada yang berbeda. Semua masih sama, hanya tata letak setiap barang dan warna cat dinding yang berubah. Sesuai keinginannya.

Lalu Queen membawanya berhenti di tengah ruang keluarga. Rey bisa melihat wajah berseri Queen. Itu sedikit membuatnya lega. Namun, tak sampai ketika ia menemukan tangga yang sama dengan tangga yang ia lihat belasan tahun lalu di ujung ruangan itu.

Reaksi yang ditunjukkan jauh berbanding terbalik dengan Queen. Rey memejamkan matanya sejenak, lalu kembali membukanya. Bau anyir darah memenuhi indra penciumannya.

Kamu sering kali mencium bau darah, Rey. Tidak perlu berlebihan.

Tembakan, teriakan, dan kesakitan memenuhi benaknya. Membuatnya semakin merapatkan netranya. Hatinya bergemuruh hebat ingin berteriak ketika ia mengurungkan niatnya setelah kembali menemukan wajah bersinar Queen.

Itu hanya bayangan. Dapatkan pegangan, Rey!

"Kak, ayo kita ke kamar Mama sama Papa." Perkataan penuh antusias itu membuat Rey menoleh. Kamar itu? Tentu saja tidak.

"No." Jawaban singkatnya menutup pembicaraan dengan Queen. Ia memilih menaiki tangga menuju kamarnya. Langkahnya goyah ketika kakinya menapaki setiap anak tangga. Sial, Grey harus membuat tangga lain di sudut yang berbeda.

Dear Surga Onde as histórias ganham vida. Descobre agora