Dear Surga part 11 - Stupidest Person

73 11 6
                                    

DS 11. Stupidest Person

Orang yang paling bodoh adalah dia yang tau bahwa Allah Maha Pengampun, lalu dia jadikan itu alasan untuk terus bermaksiat.
—Fatimah Hulya Albaihaqi

🍁🍁🍁

Gadis itu berdiri di hadapan cermin. Membolak-balikkan tubuh, terlihat tidak yakin dengan penampilannya. Gamis yang sangat panjang dan lebar menutupi seluruh tubuh, juga kain panjang yang ia sendiri tidak tahu cara memakainya di kepala.

Berkali-kali dia mencoba menyimpulkan kain panjang itu di atas kepalanya, namun selalu gagal. Dia tidak bisa, dan akhirnya menyerah. "Ini kenapa susah banget dipakainya?" gerutunya melepaskan kain tersebut. Rambut yang biasa ia gerai menjadi berantakan. Calista menyisir rambutnya kembali.

"Biar saya bantu, Nona?" Calista berbalik

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

"Biar saya bantu, Nona?" Calista berbalik. Menatap penuh pertimbangan Bibi Anna yang baru saja menawarkan diri.

"Oke." Calista tersenyum, begitu juga Bibi Anna. Wanita paruh baya itu meraih ujung kain panjang Calista, lalu menyimpulkannya dengan cepat.

Calista kembali menatap dirinya di cermin. Tidak seperti Fatimah, sangat berbeda. Tapi, Calista tampak cantik. Dari pantulan di cermin pula, Calista bisa melihat Rey yang sedari tadi memperhatikan dari sofa tampak memotretnya. Calista jadi tersipu.

Calista menghampiri sang kakak, tersenyum manja seperti biasa. "Gimana, Kak?"

"Kamu cantik seperti biasanya. Tapi, terlihat lebih cantik." Rey berkata tanpa menatap Calista. Lebih memilih menatap hasil jepretannya di ponsel.

"Jangan lihat di ponsel, dong, Kak. Lihat langsung." Calista menggerutu, berhasil membuat Rey menyimpan ponsel, lalu menatap Calista lekat dari bawah hingga atas.

"Kamu cantik, Queen." Rey tersenyum tipis. Tapi, Calista tahu jika kakaknya tulus. "Warna merah. Kamu terlihat bersinar seperti seharusnya. Seorang ratu harus bersinar, bukan?"

"Tapi, aku belum sesempurna Fatimah." Calista mencebikkan bibir.

Rey mengerutkan kening. "Memangnya kamu harus seperti Fatimah?" tanya Rey menegakkan tubuh menatap Calista.

Calista mengangguk beberapa kali. "Dia, 'kan, muslimah yang sebenarnya. Pintar agama, jadi pantas-pantas saja pakai hijab. Kalau aku? Ngaji saja masih belajar, mau pakai hijab sama pakaian kayak gini. Aku merasa nggak pantas saja, Kak." Calista agak merajuk. Dia benar-benar ingin menjadi seperti Fatimah. Tapi di sisi lain, dia juga belum siap.

Rey terkekeh kecil—sedikit membuat Calista terkejut. Biar dia ingat, kapan terakhir kali melihat Rey terkekeh seperti itu. Bahkan, Calista sebagai adiknya sendiri lupa. Itu membuat Calista ingin menangis, terlebih ketika Rey menariknya duduk di sampingnya. Rey mengusap pipi Calista. "Dengarkan Kakak," ujar Rey lembut.

Dear Surga Where stories live. Discover now