Dear Surga part 7 - Worry or Miss

153 23 13
                                    


Wajah yang selalu menepi di benak,
Selalu mencipta senyum ketika mengingat,
Pantas kita sebut dengan apa jika jarak sedang bermain,
Khawatir, atau rindu?

🍁🍁🍁

Melalui keterdiamannya, melalui segala asrar yang tersimpan rapih dalam diri, Rey menatap kepadatan kota London di bawah sana. Segala macam bentuk kendaraan tampak memenuhi jalan. Berlomba-lomba untuk mendapatkan makan siang.

Di dalam ruangan yang luas dan sunyi ini, helaan napas berat terdengar jelas seiring dengan pejaman mata yang tercipta. Mencoba menghalau rasa rindu yang menyelimuti-- menghentak jiwa.

Sekali lagi helaan napas panjang nan berat tercipta ketika matanya kembali terbuka. Menggumamkan nama yang selama dua minggu ini selalu berada di benaknya. Memenuhi pikirannya. Mengundang rasa khawatir yang kapan saja bisa tercipta. "Queen ...," bisiknya. Rey memang sudah menjaga ketat adik manjanya. Pun juga menghilangkan harga dirinya dengan meminta tolong pada gadis itu untuk menjaga Queen-nya. Namun, tetap saja Rey tidak bisa benar-benar mengandalkan mereka yang ia tugaskan menjadi Ratunya. Kecuali Rey benar-benar bisa memastikannya sendiri.

Masih segar dalam ingatannya ketika Queen dengan antusias menceritakan hari-harinya terlewat tanpa Rey di sisinya. Katanya, dia mulai belajar mengaji. Katanya, dia sudah mulai hapal beberapa bacaan sholat. Katanya, dia beberapa kali mengunjungi kegiatan amal yang Queen bilang selalu menjadi hal yang menyenangkan. Dan semua yang dikatakan Queen, tentu saja tidak lepas dari peran gadis itu.

"Putri ..."

Benaknya tiba-tiba dipenuhi bayang-bayang senyum manis gadis itu. Mata bulatnya ... wajah teduh dan menggemaskannya ... lesung pipi dan tawa renyahnya ... semuanya memenuhi diri Rey. Membuatnya mengerjap beberapa kali. Senyum tipisnya tercipta ketika mengingat malam bersama gadis itu dua minggu lalu. Kalimat panjang lebar yang selalu gadis itu anggap sebagai lelucon ...

Gadis itu ... bagaimana kabarnya?

"Assalamualaikum ..." Sebuah bisikkan di sampingnya membuat Rey tersentak. Segera menghilangkan senyum dan kembali bersikap normal seperti Rey yang banyak dikenal orang. Datar dan dingin.

Tanpa menoleh pun Rey sudah sangat hapal siapa gadis yang dengan sengaja mengejutkannya. Menggodanya dengan mengucapkan salam, sebelum kemudian dengan sangat tidak sopan sudah menyandarkan kepala di bahu Rey.

Dia adalah gadis menyebalkan itu. Gadis pintar yang sialnya Rey butuhkan untuk beberapa tahun ke depan. Memegang AM Empire. Dia ... Aletta.

Rey menyingkir pada detik berikutnya. Tidak membiarkan Aletta melakukan hal yang membuat Rey tidak nyaman.

Aletta menegakkan tubuh. Berbeda dengan sebelum-sebelumnya, Aletta tampak memakai pakaian panjang dan sopan. Namun tetap mencerminkan Aletta yang dikenal dengan ketegasannya.

"Kamu gak jawab salam aku, Rey? Dosa hukumnya tau," gerutu Aletta dengan wajah tertekuk. Rey cukup tahu jika itu adalah sebuah hinaan untuknya.

Namun melupakan itu semua, kini Rey dibuat membeku ketika ingatannya dibawa pada siang itu di dapur. Siang bersama gadis itu. Saat gadis itu bertanya soal hukum haram padanya.

Sialan gadis itu!

Dengan sangat cepat, dan kemampuannya sebagai salah seorang Melviano, Rey merubah raut wajahnya kembali datar. Mencoba menjadi bunglon yang salahnya dilakukan Rey di hadapan gadis yang mengetahui semua rahasianya.

Aletta melangkah mendekati kursi kebesarannya dan duduk di sana. Ini memang ruang kerja Aletta-- yang seharusnya menjadi tempatnya. "Kamu gak guna banget sih di sini, Rey. Dua minggu cuma ngurung diri. Aku jadi menyesal memintamu ke sini," gerutu Aletta. Bisa Rey rasakan gadis berusia satu tahun lebih muda darinya itu mencebikkan bibirnya. "Aku pikir gelar S3 kamu sia-sia," sambung Aletta bersamaan dengan satu getaran dari ponsel Rey di saku jasnya. Menandakan bahwa waktu sholat telah datang.

Dear Surga Where stories live. Discover now