3. Di Balik Canda

508 126 69
                                    

Voment yaw^^

Bunyi pintu yang menjeblak terbuka dengan suara tidak berakhlak membuat tangan Janetha praktis melemparkan bantal di sampingnya ke arah sumber perkara. Sedangkan sang target yang belum bersiap dengan adanya serangan gagal menghindar sampai bantal itu menabrak wajahnya dengan bunyi yang sukses membuat Janetha merasa puas.

"Gak sopan lo!"

"Yang gak sopan siapa gue tanya?!" Cerca Janetha balik, "Abang tuh kebiasaan main trobos aja. Kalau gue lagi ganti baju gimana?!"

"Lagak lo ganti baju, mandi aja kalau inget doang!" Balas Jarel setelah mendudukan diri di tepi ranjang, "Yang lo pakai itu juga baju kemarin, Tha-Ontha!"

"Berisik!" Janetha kembali memutas kursi belajarnya ke arah meja dan menghadap laptopnya yang memutar movie Korea.

"Udah makan belum?" Tanya Jarel meminta atensi Janetha, "Cari makan yuk."

"Males, nyari doang beli kagak!"

Jarel tertawa, "Beli maksudnya, Tha. Yuk?"

"Mager!" Balas Janetha malas.

"Mekdi apa Kaefsi ya?" Lanjut Jarel sembari berlagak bermain ponsel.

"Hokben ajaㅡADUHHHH! PAAN SIH!"

Jarel melempar boneka owl di ranjang ke arah kepala belakang Janetha sampai wanita itu mengaduh dan balik melempar boneka itu kepada sang pelaku.

"Lo keluar dah Bang kalau mau berantakin kamar gue doang!"

"Gue ajak lo makan, Tha! Lo belum makan kan?"

"Gak usah, udah makan tadi."

"Kapan?"

"Tadiㅡgue bilang."

"Ya tadi kapan? Sore?"

"Tanya mulu lo kek wartawan!" Seru Janetha semakin emosi.

"Hipertensi lo? Ngamuk mulu perasaan." Jarel menjatuhkan punggungnya pada ranjang dengan kaki yang masih bergantung di tepian, "Jekfoodin aja ye? Mau apaan? Mie ayam? Nasi goreng?"

Janetha berbalik badan tanpa diikuti kursinya. Tatapannya menajam dan menyelidik sampai membuat bulu kuduk Jarel mendadak meremang. Sorot adiknya terlalu mendramatisir tapi cukup mengintimidasi.

"Bemper pejabat mana lagi yang lo tabrak, Bang? Ngaku lo?!"

"Astaghfirullah ukhti." Jarel bangkit dengan tampang tidak terima, "Siape yang ngajarin lo suka suudzon begini, hah? Orang ditawarin makan malah nuduh nabrak orang."

Kini Janetha sudah menghadap Jarel penuh beserta kursinya. Tangannya bersedekap dada. Masih merasa curiga pada sikap kakaknya itu.

"Loㅡ" Janetha menunjuk wajah Jarel, "Mencurigakan. Tumben lagian nawarin makan?"

"Gak ada akhlak lo, Tha. Berasa sekali dua kali doang gue beliin lo makan." Jarel berdiri merasa sebal, "Kagak mau ya udah, gue makan sendiri."

"Niat mulia itu gak boleh dibatalin, Bang. Nanti rejekinya seret." Kata Janetha meringis, "Mekdi deh, boleh. Panas 2, mcflurry sama bigmac ya, Bang."

Jarel melirik sinis, "Minta Lee Minho, SONO!"

"TUTUP PINTUNYA, ABANG!" Teriak Janetha saat Jarel keluar kamar meninggalkan pintunya yang terbuka.

Mulut Janetha hendak berteriak marah saat pintu kembali terbuka tanpa ketukan. Dia menjeda movie yang terputar di layar laptopnya dan menatap bengis pada sosok Jarel yang menenteng beberapa kantung berlogo restoran fastfood terkenal di tangannya.

Cover - CompleteOnde as histórias ganham vida. Descobre agora