23. Puncak Harapan

245 56 18
                                    

Voment ya^^

Hubungan Janetha dan Byantara menunjukan perkembangan yang lumayan memuaskan. Bagi Byantara yang paham akan kondisi ketidakstabilan mental Janetha, setiap proses sekecil apapun sangat berharga di matanya. Mulai dari celotehan-celotehan kecil Janetha telah kembali dengan perlahan meski interaksi yang wanita itu berikan tidak seberani dulu.

Setelah Janetha masuk ke dalam mobil, Byantara melajukan kendaraannya itu membelah jalanan Jakarta Selatan dengan diiringi musik jazz pilihan Janetha. Kini wanita itu sibuk menggulirkan tampilan layar ponselnya mengulik komentar-komentar para pembacanya sembari tertawa kecil beberapa kali. Ini adalah hal yang mulai Byantara biasakan. Melihat sisi Janetha yang seperti ini menjadi hiburan tersendiri untuk Byantara. Anehnya, meski agak lain, tapi penatnya benar-benar berkurang setiap kali melihat senyuman tulus Janetha yang tidak dibuat-buat seperti yang nampak di beberapa waktu.

"Ajak-ajak dong kalau ketawa."

"Hah?" Janetha mendongak pada Byantara lalu kembali melaihat layar ponselnya, "Ini nih, readers gue ngamuk-ngamuk habis baca part terbaru yang tadi gue publish. Kocak banget bacain komentar. Ini tuh momen paling gue suka tiap habis update."

"Bikin orang gondok emang semenyenangkan itu buat kamu ya, hmm??"

Janetha melempar sorot tengilnya pada Byantara setelah mengunci layar ponselnya, "Yeashh! Apalagi Bang Byan yang gondok. Suenengg poll!"

"Lihat aja ntar kalau ada kuis." Balas Byantara tanpa beban dan menatap ke jalanan. "Gantian."

"Ngancemnya yang antimainstream dong, Pak Dosen. Jangan nilai mulu! Dih, gak kreatif banget."

Byantara hanya menanggapinya dengan senyuman tipis. Dia menghemat energinya yang sedang tidak cukup banyak karena seharian sibuk mengisi seminar di kampus tetangga.

"Semester depan udah KKN. Terus semester depannya magang." Janetha melipat tangan di dada dan menyandarkan punggungnya, "And finallyyy, skripshyytt dong yaa!"

"UAS itu di depan mata dipikirin dulu."

"Halah, ada Sabit. Tenang aja!"

"Apanya yang tenang??!" Semprot Byantara berdecak, "Saya pisah nanti duduknya. Biar enggak kebiasaan kamu itu! Sahabat sih sahabat, tapi kok sesat."

"Ah, ngomong sama dosen galak gak bisa bercandaan dikit!" Janetha balas berdecak. "Mana nyelekit."

"Bilangnya bercanda kalau habis dimarahin, nanti ujungnya tetep dilakuin. Kamu kira saya enggak tau kelakuan kalian?!"

Janetha terkekeh, "Abang kayak enggak pernah kuliah aja deh. Harusnya maklum dong, udah dua kali kan makan bangku perkuliahan??"

"Kamu kira saya rayap?"

"HA HA!" Janetha berlagak tertawa paksa mengejek, "Humor bapak-bapak whatsapp banget. Ops, lupa, emang waktunya jadi bapak-bapak ye kan."

Tidak ada jawaban dari Byantara. Dia masih fokus pada kemudinya yang membuat Janetha mencari kesibukan lainnya. Pilihannya jatuh untuk mencari playlist di ponsel Byantara.

"Tambahin playlist kamu aja, biar enggak nyari-nyari lagi."

"Playlist gue lagu KPOPan."

"Terus?" Tanya Byantara dengan satu alis menukik, "Bagus kan? Biar saya hapal juga lagu-lagu kesukaanmu."

Janetha tertawa, "Ngapain banget ngapalin lagu KPOP? Itu jurnal ilmiahnya dikerjain, Pak!"

"Ya biar saya tau lagu-lagu yang bikin kamu seneng itu kayak gimana. Kayaknya boleh juga belajar bahasa Korea."

Cover - CompleteWhere stories live. Discover now