5. Terancam

433 99 55
                                    

Voment ya^^

Minggu siang ini apartemen Byantara kedatangan tamu sang ibu dan dua adiknya. Agenda Byantara mengerjakan jurnal harus terdistraksi karena jika sang ibu dan kedua adiknya sudah datang, mencari ketenangan hanya akan menjadi angan.

"Gak tergugah lanjut S3, Mas?" Tanya Jati sembari fokus pada game di layar ponselnya, lalu dia mendongak pada Byantara yang membantu ibu mereka memotong sayur untuk memasak, "Kali aja ntar jadi mentri. Terus naik lagi jadi Presiden."

"Mbok kira jadi Presiden gampang?" Tanya Byantara ketus. "Kalau gak bisa memegang amanah, jadinya dzalim. Dosanya besar."

Jati menengadahkan kedua tangannya di depan dada.

"Shodakallahul Adzim." Ujarnya berniat membuat Byantara berhenti berceramah.

"Kok tinggi banget mau mimpin Negara, mimpin istri dulu kek yang kelihatan di depan mata." Sahut Salwa tertawa.

"Sopan gitu, Sal?" Balas Byantara tanpa ekspresi.

"Lagian juga, udah mateng umurnya. Bang Jarel aja udah lamaran tuh, Mas Byan mana pacarnya?" Ejek Salwa tak menyerah.

"Iya tuh, Yan. Kemarin Mama sempet nyapa tante Sandra, katanya baru pulang habis ngelamar pacarnya Jarel. Kamu kapan, Yan? Mama mau juga punya mantu. Masa Salwa aja udah ada calon, kamunya masih sendiri gini. Mau kamu dilangkahin?"

"Gak apa-apa, Salwa duluan aja. Cewek soalnya."

"Tuh, percuma, Ma ngomong sama Mas Byan. Orang sendirinya gak ngeffort nyari pendamping hidup."

"Wahh jangan-jangan nih, Ma." Potong Jati cepat sembari menatap Byantara memicing, "Mas Byan belok ya?"

Byantara spontan melempar tatakan mangkuk sampai menampar wajah adik laki-lakinya dengan ekspresi galak, "Jangan ngasal njeplak kalau ngomong."

"Ma, gak rencana mau besanan sama tante Sandra??"

Puri dan Byantara sontak menatap Salwa bersamaan. Alis perempuan yang menukik main-main itu membuat perasaan Byantara tidak enak.

"Sama Netha, Ma."

"OH IYA!" Puri menatap anak sulungnya berbinar, lalu memukul lengan pria itu sumringah, "Mama lamarin ya??"

"Ma, gak usah aneh-aneh. Tha mahasiswinya, Byan."

"Ya terus?? So what?? Kenopo??" Tanya Salwa menggebu, "Gak ada masalah kan? Kecuali Netha cowok, baru tuh masalah. Ini tuh ngajak nikah, Mas, bukan ngajak zinah."

"Kalau Mas Byan gak mau, lamarin Netha buat Jati aja Maㅡ" Jati menutup bibir melihat Byantara menatap tajam padanya, "Maksudnya nikahnya ntar, lamarin dulu, Mas. Masih mau tes CPNS. Nanti kalau aku langkahin juga, bisa-bisa Mas Byan beneran jadi perjaka tua, tenang aku gak sekejam itu, Kakanda."

Byantara enggan menanggapi. Dia berbalik mencuci semua sayuran yang tadinya sudah disiapkan demi menghindari percakapan itu berlanjut. Lagipula ide Salwa terlalu random. Bagaimana bisa dia menikahi Janetha yang bahkan saat berpapasan saja membuatnya was-was bukan main?

Lamarin Netha buat Jati aja, Ma.

Licin sekali mulutnya.

Rekam suara Jati mendengung di telinga Byantara tiba-tiba. Menjadi kakak ipar Janetha juga tidak pernah terbayang untuknyaㅡmembuatnya sontak menggeleng seolah ada ribuan lalat yang berterbangan dengan suara mengejek dan mengoloknya.

"Tha udah ada pacar, Mas?"

"Gak tau. Kan kamu yang sering ngerumpi sama dia."

"Ya kan kita berdua ngerumpiin gosip Koreaan, Mas. Dia sumber teraktual, tajam dan terpercaya. Gak pernah nanya pribadian gitu."

Cover - CompleteWhere stories live. Discover now