6. Gara-Gara Mata

412 100 28
                                    

Voment ya^^

Kelas pagi ini dimulai pukul sembilan, tapi pukul delapan Janetha sudah duduk manis di kantin dan menghabiskan sepiring mie goreng pakai nasi yang diimbuhi telur mata sapi juga tahu isi sebagai pendampingnya. Setelah menyeruput es tehnya dengan ganas, Janetha kembali memainkan ponselnya yang menampilkan laman aplikasi kepenulisan miliknya. Ada banyak notifikasi masuk karena pagi buta tadi Janetha baru saja mempublikasikan satu part baru cerita yang idenya muncul tiba-tiba.

Janetha tertawa melihat beberapa komentar yang ditulis pembacanya. Rupanya dia berhasil menyulut emosi para pembaca yang merutuki tokoh utama prianya yang memang dia gambarkan sebagai orang yang minus akhlak dan perasaan.

PLAK!

"Aww!!" Janetha mendongak cepat setelah mendapat tempelengan tidak ringan di kepalanya.

"Keracunan bumbu mie lo pagi-pagi ketawa sendiri?!" Celetuk Wafda yang tidak perduli raut protes Janetha atas kekerasan Ghina barusan.

"Bisa-bisanya cengar-cengir habis bikin orang panik." Kali ini Ghina ikut bersuara, "Kemana aja lo semalem? Ditelpon gak aktif lagi. Abang lo kasihan tau!"

"Gak usah pencitraan. Dia mau kawin!"

"Pala lo pencitraan!" Balas Ghina gemas. "Nyesel gue ikut panik."

Janetha meringis lalu mencolek dagu Ghina gemas, "Aww, jadi terharu."

Wafda menatap jijik kedua perempuan yang ada di hadapannya, "Gue kaget pas Bang Jarel dm gue di instagram. Nanyain lo lagi sama gue atau enggak. Emang lo pergi sama siapa?"

Ghina ikut menatap Janetha ya menyeruput sisa es tehnya.

"Sama Agus."

"Hah?!" Seru Wafda dan Ghina bersamaan.

"Agus oppa dari grup mana lagi tuh??" Tanya Wafda berlanjut.

Janetha tertawa tapi tidak menjelaskan apapun. Pun Wafda sendiri pun sepertinya tidak membutuhkan jawaban karena mengira Agus itu memang tokoh halu buatan Janetha seperti biasanya.

"Ntar presentasinya Pak Byan kelompok 1 kan?" Tanya Ghina yang diangguki Janetha, "Kelompok siapa?"

Janetha mengerling pada Sabit yang terlihat mendekat lalu menoleh pada Ghina.

"Chandra bukan?" Tanya Janetha tak yakin, lalu bersiap menyilangkan lengan di atas kepala melihat tangan Sabit hendak menoyornya, "BUKAN MAHRAM!"

"Lagian lo gak ada otak keluyuran malem-malem. Bang Jarel dm instagram gue nanya lo dimana. Ya gue mana tau gila! Siang aja udah gak bareng, gue tanya Doni katanya lo dah dianter balikㅡ"

"Anjrit, lo bilang ke Doni juga kalau gue ilang?!"

"Iyalah! Dia yang kelihatan sama lo. Gak mungkin gue telpon Pak Byan kan, Dodol?"

Janetha sempat terdiam lalu berdehem mengatur ekspresinya.

"Ya kali aja beneran gue lagi sama Pak Byan. Kentjan. Mau ape lo?"

"Halu!" Balas Ghina sembari menjambak kecil jambang Janetha.

"Emang gila sih lo, J." Sahut Wafda yang baru kembali membawa es sirup di tangannya, "Masih bagus lo gak diloakin sama Bang Jarel. The real beban hidup."

Ada yang terasa tergelincir di dalam dada Janetha. Tapi alih-alih menunjukannya, dia justru tertawa.

"Itung-itung puas-puasin diri nyusahin Bang Jarel. Biar dia gak kangen gue susahin." Balas Janetha ringan.

"Lo tuh beruntung tau punya Abang secare Bang Jarel." Kata Sabit yang tidak dibantah Janetha.

"Ayah kenapa Abangku berbeda?" Gumam Ghina lirih. "Agam mah boro nyari gue. Gue gak pulang sih party kali."

Cover - CompleteWhere stories live. Discover now