Rumah untuk Pulang (4)

55 8 0
                                    

Happy Reading
...

Di tengah keceriaan acara syukuran dan pengajian di Panti Asuhan. Tiba-tiba Bara mendapat panggilan darurat dari Zara.

"Baik Bu, saya akan membawa Be ke sana," ucap Bara melalui sambungan telepon.

Bara berlari cepat masuk kembali ke dalam Panti, orang pertama yang ia cari adalah Be.

Bara menarik tangan Be. "Ayo Be, kita secepatnya harus bertemu Pak Daryl." Bahkan suara Bara terdengar bergetar, jelas saja keadaan sedang tidak baik-baik saja.

Be menahan tarikan Bara di pergelangan tangannya. "Papa?" Be tentu saja tidak paham, kenapa Bara terlihat sepanik ini.

"Papa kenapa, Kak?" tanya Be.

"Pak Daryl di Rumah Sakit, sedang kritis. Ayo kita harus cepat." Bara kembali menarik tangan Be.

"Tunggu Kak, Papa bukannya masih di LA? Maksudnya kita mau ke LA?" Be kembali menahan tangan Bara.

"Nanti aku jelaskan. Kita harus cepat."

Bara membawa Be ikut berlari dengannya, sementara itu yang lainnya termasuk Bintang masih berdiri mematung di tempat masing-masing. Masih belum memahami situasi yang terjadi saat ini, sangat tiba-tiba dan mengejutkan.

Bara membawa Be ke Bogor, tepatnya ke salah satu Rumah Sakit yang bertempat di Bogor.

Keduanya melangkah menuju ruang ICU.

"Kita sudah sampai," ucap Bara

"Apa maksudnya ini, Kak?"

"Pak Daryl sedang melalui masa kritisnya di dalam Be, berdoalah semoga beliau selamat." Bara menopang bahu Be dengan kedua tangannya.

"Papa Kenapa! Jelaskan Kak!" Be menyingkarkan tangan Bara dari bahunya.

"Baiklah, aku akan menceritakan kebenarannya." Bara menghela nafas.

Bara menceritakan semua rahasia yang mereka sembunyikan dari Be selama 4 tahun terakhir ini.

Daryl pergi meninggalkan Be, karena ia mengidap penyakit serius di bagian jantung dan paru-parunya. Daryl tidak ingin menyusahkan Be di sisa usianya, sudah cukup baginya melihat Be menderita selama 17 tahun hidup bersamanya.

Daryl bertekad tidak melibatkan Be di masa-masa sulit dalam hidupnya lagi, biarlah Be menganggapnya seorang Ayah yang tidak bertanggungjawab sampai akhir, itu jauh lebih melegakan bagi Daryl dibandingkan melihat Be harus tersiksa setelah mengetahui penyakitnya.

Sebenarnya Daryl hanya 1 tahun berada di LA, sisanya Daryl habiskan di Bogor, di kota kelahirannya.

Mengenai Zara, Daryl adalah orang yang meminta adiknya itu untuk tutup mulut. Berhubung Zara tidak bisa membohongi Be, Zara juga ikut menghilang.

"Papa kenapa sejahat ini sama Be." Be menangis, kali ini tangisan Be terlihat jauh lebih menyakitkan dari biasanya.

"Papa!" Be berteriak.

Bara, menarik Be ke dalam pelukannya. Bara sudah menduga, akan semanyakitkan akhirnya. Tetapi Bara tidak bisa berbuat banyak, bagaimanapun Daryl adalah atasannya. Dia harus bekerja sesuai arahan Daryl.
...

Kurang lebih 3 jam setelah Be dan Bara sampai di Rumah Sakit, Dokter pun menyampaikan kabar duka untuk mereka.

Daryl telah meninggal dunia, pergi tanpa sempat berpamitan pada putri semata wayangnya Be.

"Papa, ini terlalu sakit. Be nggak kuat." Air mata Be tidak bisa keluar lagi, rasanya sudah sangat menyakitkan. Tidak bisa didefenisikan oleh apa-apa lagi.

You've reached the end of published parts.

⏰ Last updated: Apr 21 ⏰

Add this story to your Library to get notified about new parts!

Kumpulan CerpenWhere stories live. Discover now