Lelaki Biasa

312 45 5
                                    

Happy Reading
...

Berkisah tentang biduk cinta lelaki biasa yang bernama Bintang Angkasa. Bintang menikahi seorang wanita karier bernama Wulan Sari, seorang wanita dengan rekam jejak karier yang gemilang.

Bintang dan Wulan telah mengarungi bahtera selama kurang lebih 6 tahun, keduanya telah dikarunia seorang putri dan seorang putra yang cantik dan tampan, menuruni rupawannya Bintang dan Wulan.

Mereka menikah karena suka sama suka, dan yang terpenting mendapat restu dari kedua belah pihak. Pada awalnya, mereka adalah dua orang yang asing satu sama lain. Mereka berkenalan sampai dekat dan saling menyukai karena dikenalkan oleh keluarga, dan tidak ada unsur paksaan ataupun tuntutan dari perkenalan itu, semua mengalir begitu saja.

Bintang dan Wulan memiliki perbedaan yang terbentang luas. Bintang hanyalah sosok lelaki biasa yang kariernya juga terbilang biasa saja, Bintang bekerja sebagai guru honorer di salah satu SMA Negeri di bilangan Jakarta Barat, kemudian pada sore harinya Bintang mengajar mengaji di Masjid sekitar komplek rumah mereka. Lalu pada hari Minggu dan di waktu-waktu senggang,  Bintang berkebun di sepetak tanah di belakang rumah mereka yang ia tanami cabai dan sayur mayur. Sementara Wulan, adalah seorang Manager di sebuah perusahaan besar di Jakarta, posisinya sangat bagus dan juga gaji yang ia dapatkan sangat fantastis. Singkatnya, perbedaan penghasilan Bintang dan Wulan sangatlah jauh, sangat jelas terlihat kesenjangannya.

"Wulan, kamu kenapa gak ngabarin cepat kalau gak bisa jemput anak-anak. Aku kan jadi kewalahan." Bintang membuka percakapan, begitu Wulan sudah selesai mengganti baju kerjanya.

"Emangnya kamu sibuk apa sih Mas, cuma izin doang, guru lebih mudah lah izinnya. Aku ada meeting mendadak. Gak bisa apa ya kamu aja yang mgusahain jemput anak-anak tiap hari. Aku itu kadang gak sempat Mas."

"Loh, selama ini juga kan gitu. Ada hari-hari tertentu yang aku gak bisa jemput anak-anak. Lagian kan gak tiap hari Lan."

"Gaji aku naik ya kerjaan aku jelas nambah dong Mas, kamu juga seneng kan kalau gaji aku naik. Apa-apa jadi enak. Udahlah,usahain lah Mas."

Bintang terdiam beberapa saat, setiap perkataan yang terlontar dari mulut istrinya itu terdengar begitu menyakitkan, menginjak harga dirinya sebagai suami. Bintang sebenarnya tidak pernah memaksakan Wulan untuk bekerja, malah Bintang ingin Wulan di rumah saja, namun ketika Wulan sudah mempermasalahkan gajinya yang sedikit dan ala kadarnya, Bintang kalah telak.

Jika Wulan mau bersabar, pada dasarnya gaji Bintang, dan uang yang dihasilkan dari kebun Bintang sudah cukup membiayai hidup mereka dengan cara yang sederhana, namun Wulan tetaplah Wulan, dia tidak bisa berdiam diri dalam kesederhanaan. Tanpa sadar, ucapan dan tindakan semena-mena Wulan sering kali melukai hati Bintang.

"Lan, selalu saja gaji yang kamu bawa-bawa. Seolah aku ini emang gak berguna dalam rumah tangga ini. Aku juga punya harga diri Lan."

"Mas, kita udah nikah 6 tahun udah punya 2 anak. Udahlah gak usah menye-menyean gini, udah basi. Kita jalani apa yang bisa kita jalani. Faktanya kan begitu, kamu cuma guru, gaji kamu cuma pas pas untuk makan, dan aku ngerasa itu gak harus dijadikan masalah, toh aku kerja juga. Yang penting itu kita pengertian lah Mas. Gak usah banyak drama-drama. Aku capek, mau tidur."

Wulan membaringkan dirinya di atas tempat tidur, meninggalkan Bintang yang masih terpaku di tempat. Bintang lagi-lagi hanya bisa bersabar. Benar Wulan memang mencintai Bintang, tetapi terkadang Wulan kurang pandai menjaga perasaan suaminya yang tidak memiliki pekerjaan semapan dirinya. Wulan menganggap ya begitulah hidup, tidak perlu terlalu dibesar-besarkan, dia merasa ya dia bekerja keras juga demi dirinya, demi Bintang dan anak-anaknya.
..

"Mas, itu udah aku siapin sarapan. Jangan telat ngantar Tasya sekolah. Aku berangkat." Wulan meraih tangan Bintang, dan buru-buru menyalamnya.

"Ibu pergi ya Sayang." Wulan mencium kening anak-anaknya bergantian.

Kumpulan CerpenTahanan ng mga kuwento. Tumuklas ngayon