Balance

298 39 4
                                    

Happy Reading
....

Sebuah rumah tangga, haruslah memiliki keseimbangan yang kokoh, saling melengkapi, dan menguatkan.

Bagaikan membangun sebuah rumah, elemennya harus lengkap, kalau tidak ia akan mudah roboh.

Perbedaan bukanlah masalah besar dalam biduk rumah tangga, karena dari perbedaan itulah suami istri saling melengkapi, dan membangun keseimbangan.

Sama halnya dengan yang dialami pasangan muda Lia Wulan Sari, dan Muhammad Megantara. Keduanya memiliki kepribadian yang sangat bertolak belakang, Lia sosok wanita yang tomboy, cerewet, galak, jutek, akan tetapi dibalik sosoknya yang keras dan tegas, dia memiliki hati yang tulus dan pemaaf.

Sementara Megan, dia adalah sosok lelaki yang lemah lembut sesuai porsi lelaki, pembawaannya sangat tenang dan bersahaja, dan jangan lupakan dia lelaki yang taat beribadah, dan ramah terhadap sesama, lelaki idaman banyak wanita. Mereka dua kepribadian yang terlihat sulit bersatu, namun begitulah misteri jodoh, yang tidak mungkin bisa jadi mungkin.

Proses perkenalan mereka terbilang singkat, tidak perlu sampai bertahun-tahun, tidak perlu berratus-ratus episode, tidak sampai ada season satu, dua. Taaruf seminggu, minggu berikutnya Megan langsung membulatkan niat untuk melamar Lia.

Bagi Megan Lia terlihat sangat menggemaskan ketika sudah berbicara dengan ritme cepat, tanpa titik koma, bak rapper handal. Lia yang apa adanya dan sangat terbuka, Lia yang begitu tegar ketika mengisahkan latarbelakang keluarganya, hal itulah yang membuat Megan yakin, Lia adalah orangnya, yang pantas menjadi madrasah pertama untuk anak-anaknya, menjadi orang pertama yang akan selalu ia lihat ketika baru membuka mata di pagi hari.
...

"Mas, ngelamun mulu. Nanti kesambet, ini udah sore. Aku gak ada niatan yang ngurusin Mas yang kesurupan ya. Makasih banget, kerjaan aku udah lebih dari cukup dalam 24 jam sehari." Lia menepuk lengan Megan.

"Aku lagi ngelamunin kamu kok. Paling kesurupan cinta kamu aja entar." Megan menaik turunkan alisnya.

"Oh aja. Ayok makan Mas, entar busung lapar."

"Masak apa?" tanya Megan sambil mengikuti langkah Lia dari belakang.

"Masak Rendang, sama capcai."

"Pake cinta?" goda Megan.

"Apanya Mas?"

"Masaknya?"

"Pake wajan, make bumbu, motong-motong daging sayurannya pake piso. Jangan alay lah tolong Mas."

"Galak bener sih kecik." Megan mencubit pipi Lia.

"Mas Ih." Lia memukul punggung tangan Megan dengan gerakan bertubi-tubi.

"Jangan salting gitulah, ampe merah pipinya." Megan mencolek ujung ketiak Lia.

"Kan ketiak aku dicolek lagi, getek emang. Suami siapa sih ini?"

"Suami si kecik ini." Megan menaruh tangannya di atas ubun-ubun Lia.

"Udah ah, kapan makannya ini. Laper." Selang beberapa detik berikutnya, suara perut keronconga Lia terdengar.

Megan dan Lia saling beradu pandang, setelah itu pecahlah tawa keduanya.

"Malu." Lia menutup wajahnya dengan kedua telapak tangannya.

Pada akhirnya drama absurd pasutri muda itu diakhiri dengan suara perut Lia yang sudah demo untuk diisi.
...

"Mas, aku kesal."

Keluar-keluar dari kamar, Lia langsung memberengut, dahinya lipat sembilan, tandanya Lia tengah dalam keadaan sangat kesal.

Megan yang tengah sibuk membuat laporan keuangan kantor, langsung menghentikan aktivitasnya begitu mendengar suara parau Lia.

"Kenapa?" tanya Megan dengan suara lembut.

"Ayah sama Ibuk berantem lagi, darah tinggi Ibuk naik lagi gara-gara Ayah Mas." Lia mengambil posisi duduk  di samping Megan, menggamit lengan Megan dengan erat.

"Besok kita ke rumah Ibuk ya, ini kan dah malem, gak ada Bus lagi." Megan menepuk-nepuk punggung Lia dengan lembut.

"Aku kesal sama Ayah Mas, Mas ngerti gak sih. Ayah gadein rumah Mas, kalau Ayah gak bisa bayar gimana!"

"Kita bantuin lunasin ya Sayang, udah gak usah terlalu dipikirin."

"Gimana gak dipikirin Mas, semua semua digadein sama dia, harta tingga rumah digadein juga, kadang aku mikir Ayah itu datang gak sih pas pembagian otak! Dia taunya nyusahin kami sama Ibuk, kerja malas. Tapi taunya foya-foya. Kesabaran aku udah habis rasanya Mas. Mas taukan biaya pengobatan Ibuk aja kita udah patungan, dia malah dengan seenak hatinya gadein rumah." Kali ini Lia tidak kuasa menahan air matanya lagi.

"Sekarang Ibuk jatuh sakit lagi, gitu aja terus. Ibuk meninggal dulu kali ya baru dia puas!"

Megan memilih diam, dan membiarkan  Lia meluapkan semua kemarahannya, karena kalau tidak begitu Lia tidak akan merasa lega.

"Mas dengerin aku ngomong gak sih!" Lia mencubit lengan Megan.

"Udah Sayang? Aku udah boleh ngomong nih?"

"Au ah gelap."

"Kita hadapi bersama ya Liaku, apapun itu aku akan selalu ada untuk kamu dan Ibuk." Megan menarik tubuh Lia dengan gerakan lembut ke dalam pelukannya.

"Aku capek Mas." Lia menangis dalam dekapan Megan.

"Ini gunanya tubuh ini Megan, tempat kamu untuk istirahat, ini gunanya bahu ini tempat kamu untuk berbagi bebanmu, ini gunanya jari jemari ini untuk menguatkanmu. Kamu gak sendiri Sayang." Megan mengecup puncuk kepala Lia.

"Terimakasih Mas," ucap Lia dengan suara yang masih terdengar serak.

"Tapi inget Sayang, bagaimanapun sikap Bapak, dia tetap Ayah kamu. Kewajiaban kamu berbakti kepadanya tidak akan pernah gugur, jangan pernah bosan mendoakan Bapak supaya Allah lembutkan hatinya, Allah tuntun langkahnya untuk segera kembali ke jalan yang lurus."

Selang beberapa menit kemudian, Lia sudah sampai di alam mimpinya. Lia tertidur dalam dekapan Megan.

"Kuatkan hati istri hamba Ya Allah, lapangkan hatinya, ikhlaskan hatinya dalam menjalani semua ini." Doa Megan untuk istri yang teramat ia cintai.

Dua kepribadian yang saling melengkapi dalam rumah tangga sangatlah penting.

...

sajakbiru

Kumpulan CerpenWhere stories live. Discover now