22.

27.4K 2K 151
                                    

Dikta sudah pamit beberapa jam lalu untuk kembali ke rumah sakit, Harvand dan Hana sama sekali belum kembali untuk masuk ke dalam kamar, padahal Jeno menunggu mereka.

Suasana kamar kini di landa oleh keheningan, Tiffany terus mengajak Jeno untuk mengobrol dengannya, sekaligus melepas rindu dengan Jeno sudah beberapa hari ini Tiffany khawatirkan akan kondisinya, namun Jeno sama sekali tidak membalas obrolan sang bunda, menatap Tiffany pun tidak.

Jeno membelakangi sang bunda, dan lebih memilih untuk melihat ke arah luar jendela kamarnya yang memperlihatkan air hujan yang turun sangat deras di siang menjelang sore hari ini.

" Jevano.. "

Jeno menghiraukan panggilan sang bunda kembali, ia malah semakin menarik selimutnya hingga menutupi seluruh badannya, tiba tiba badannya merasakan suhu yang sangat dingin.

" Mas "

Tiffany menatap sang kekasih yang berdiri tak jauh darinya, Jeffrey mendekat ke Tiffany, membawa kekasih cantiknya itu untuk di peluknya dengan hangat.

Tangan Tiffany mengulur untuk mengelus selimut tebal yang membungkus tubuh putranya, tubuh kecil Jeno benar benar tenggelam di bawah selimut tebal, terlihat seperti gumpalan kapas yang berada di tengah tengah ranjang.

Jeno menghela nafas di bawah selimut, dengan terpaksa ia menyibak selimut tebal dengan kasar dan menoleh ke sang bunda yang berada di belakang tubuhnya.

" Get out of my room. "

" Jev.. "

" Please. "

" Bunda jelasin sekarang ya sayang.. " Ucap Tiffany, membawa telapak tangan kiri sang anak untuk di genggamnya dengan erat.

" Udah telambat banget. Makasi. " Ucap Jeno dengan penuh penekanan diakhir kata.

Jeno menarik tangan kirinya agar tak di genggam kembali oleh sang bunda, bocah berkulit putih susu itu mengubah posisinya menjadi duduk di pinggir ranjang.

" Jeno terima bun. " Ucap Jeno, membuat Jeffrey dan Tiffany saling pandang satu sama lain.

" Jeno terima pernikahan bunda sama om Jeff. "

" Udahkan itu aja yang mau kalian dengar? " Ucap Jeno, lalu beranjak turun dari ranjang tapi di tahan oleh Tiffany.

Tiffany merasakan bahwa kulit sang anak terasa sangat hangat, Jeno terkena demam.

Bahkan wajah Jeno terlihat semakin putih pucat.

Jeno menurunkan tangan sang bunda yang memegang lengannya dengan pelan.

" Kamu demam.. sayang.. " Ucap Tiffany, Jeno menggeleng kecil.

Jeno berdiri dari duduknya dengan membuat kepalanya langsung di terjang oleh rasa pusing, tubuhnya sempat oleng namun di tahan dengan cepat oleh Jeffrey.

" Lepas.. om.. " Ucap Jeno dengan pelan, suaranya terdengar serak.

Jeffrey menggeleng, namun Jeno tetep kekeh, menjauhkan tubuhnya dari Jeffrey yang tadi menopangnya.

" Kau ingin kemana? Papah hantar. " Ucap Jeffrey.

" Engga usah. "

Jeno berjalan dengan lemas ke arah pintu kamar, membuka pintu kamar dan langsung melihat Roy dan salah satu rekannya yang berjaga di depan pintu kamarnya.

" Tuan muda. "

Roy dan satu rekannya itu menunduk hormat kearahnya membuat Jeno menatapnya malas lalu melangkah begitu saja, dua bodyguard itu memang tidak mencegatnya, karna perintah dari sang tuan besarnya dari belakang.

Jevano WilliamWhere stories live. Discover now