31.

29.9K 2.1K 239
                                    

Tiffany mendengarkan semua yang di jelaskan Dikta melalui sebuah laptop yang tersambung dalam vidio call, sesekali Tiffany melirik sang suami dengan sinis.

Jeffrey duduk di samping Tiffany namun sibuk dengan sebuah ipad, tanpa mendengarkan Dikta sekalipun, membuatnya tambah kesal, dan ingin sekali menjabak rambutnya, namun Tiffany tidak mungkin melakukannya, ia tidak mau mendapat dosa besar.

" Action Tremor, tremor ini terjadi saat melakukan gerakan, seperti menulis, merentangkan lengan, mengangkat benda berat, atau saat jari tangan menunjuk ke sebuah objek "

" Aku sudah memberikan obat injeksi untuk mengurangi tremor, jika Jevano masih mengalami tremor, dan gelisah dalam tidurnya, temani, jangan di tinggal, karna bayangan kecelakaan sahabatnya yang masih teringan di kepalanya, nanti kelamaan akan menghilang sendiri. "

" Jangan membuat Jevano menjadi panik, kemarin, Jevano sempat mengalami panic attack, cuman engga parah, tapi sepertinya Jevano pernah mengalami panic attack juga ya Tiff? "

" Sepertinya, waktu itu setelah pulang dari rumah sakit, banyak wartawan dan reporter di depan lobby rumah sakit, Jevano melihatnya dia langsung mengenggam erat tangan ku, terasa keringet dingin di tubuh Jevano.  "  

" Itu bisa saja terjadi. "

" Obatnya sudah ku berikan oleh Demian, dan nanti akan memberikan efek pegal, jadi jika Jevano bilang tangannya pegal, pijat saja dengan pelan, suntikannya cukup menyengat. "

" Kau tak usah terlalu khawatir Tiff, Jika Jevano sudah cukup tenang, tremornya akan ilang sendiri, untuk panic attacknya kita akan periksa lebih lanjut nanti menjalankan pengobatan, medical check up. " Jelas Dikta

Tiffany mengangguk mengerti, ketika ia ingin mengucapkan terimakasi kepada Dikta, Jeffrey langsung menutup laptop berwarna silver itu dengan kasar.

" Engga sopan! Aku belum bilang terimakasi! " Ucap Tiffany menatap kesal ke sang suami.

" Tidak usah. "

" Aku masih kesel ya sama kamu! Kenapa kamu nyembunyi ini dari kemarin?! "

" Without me saying you already understand, Tiff. " Jawab Jeffrey.

Tiffany ingin membuka mulut dan mengucapkan kekesalannya kepada Jeffrey krmbali, namun ia memilih berdiam, benar kata Jeffrey, ia ini orangnya panikkan, apalagi soal anak bungsunya, jika Jeffrey memberitahu tentang ini semalam, ia yakin, dirinya tidak bisa tidur sampai pagi.

Sebenarnya Jeffrey tidak ingin memberitahu soal ini kepada sang istri, namun ia berpikir ulang, ia tidak akan menyembunyikan soal ini dengan lama, pasti Tiffany akan menyadari nya, firasat sang ibu dengan keadaan sang anak sangat kuat.

Dan Dikta juga berkata lebih baik Tiffany tau soal ini, dari pada nanti Jeffrey dan Tiffany nanti akan kembali ribut.

Pintu ruangan bawah anak tangga itu di ketuk dari luar membuat kesunyian dalam ruangannya itu pecah.

" Tuan, ini saya Roy. "

" Masuk. "

Setelah mendapat izin dari sang Tuan, Roy membuka pintu ruangan lalu menunduk hormat ke arah sang tuan dan nyonya.

" Tuan Jeafrin dan nyonya Lisa sudah tiba, tuan. " Ucap Roy, yang langsung mendapat anggukkan dari Tiffany.

" Terimakasi, Roy. "

" Sama sama nyonya, saya permisi. "

Roy menunduk hormat lalu keluar ruangan, Tiffany bangkit dari duduknya merapihkan baju serta rok nya ia menoleh ke sang suami yang masih tidak ada pergerakkan.

Jevano WilliamTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang