38.

27.1K 1.8K 70
                                    

Masuk kedalam universitas negri tidaklah mudah, mereka akan saling berlomba lomba untuk meraih nilai tinggi agar terpilih masuk kedalam universitas impian, bahkan yang tadinya teman dalam sekolah akan menjadi musuh didalam ujian masuk universitas yang sama.

Perpustakaan SMA Leo 1 yang setiap hari biasanya sangat sepi, sejak hari pertama ulangan sekolah kemarin perpustakaan itu menjadi sangat ramai oleh siswa dan siswi kelas XII.

Satu persatu buku tebal yang tadinya tertata rapih di rak buku sedikit demi sedikit mulai menghilang dari tempatnya, dan ada beberapa rak buku yang benar benar kosong karna seluruh buku yang berada di rak itu dipinjam oleh siswa dan siswi kelas XII, dan akan di kembali sesuai waktu pinjaman selama dua hari.

Didalam perpustakaan yang dingin itu sangat sunyi, hanya ada suara jam dinding yang berdeting dan suara gemuruh dari pendingin ruangan, murid yang berada di dalam sana benar benar saling diam, tidak saling mengobrol satu sama lain, mereka sibuk untuk fokus dengan sebuah buku tebal dihadapannya dan sebuah binder, serta perlengkapan alat tulis yang menjadi salinan catatan penting.

Cape. Tentu saja.

Bahkan Jeno, anak biasa yang tidak pernah ambis dalam mendapatkan sebuah nilai angka itu, selama empat hari ini si bungsu keluarga robinson menjadi ambis dalam pelajaran, semua pelajaran dari kelas X-XII ia pelajarin satu persatu hingga larut malam.

Tiffany maupun Jeffrey setiap malam tak lupa untuk salalu mengecek putra bungsu mereka agar tidak terlalu berlebihan dalam belajar.

Pukul 21:00 malam batas Jeno untuk belajar, selebihnya dari jam 21:00 tak boleh memegang maupun membaca buku sama sekali, waktu untuk bungsu robinson tidur dan mengistirahatkan tubuhnya.

Setiap malam jika Jeno belajar selalu ditemani oleh Jevandra dan Jeandra ataupun Jeffrey secara bergantian setiap harinya.

Jeno masuk kedalam kamar dengan langkah yang lemas, melempar tas sekolahnya asal, lalu menjatuhkan tubuhnya diatas ranjang begitu saja.

Kedua bola mata itu terpejam, ulangan sekolah yang di jalankan selama empat hari kini sudah selesai, benar benar selesai, minggu depan tinggal menunggu sebuah nilai yang di kirim dari sekolah melalui email.

Pintu kamar diketuk dari luar membuat Jeno membuka kembali matanya dan terbangun dari posisinya.

Ternyata itu Tiffany, sang bunda yang datang dengan membawa sebuah nampan yang berisi makan siang untuk putra bungsunya, Tiffany menaru nampan yang berisi makan siang itu di atas laci yang berada di samping tempat tidur Jeno.

" Cape ya? " Tanya Tiffany, terlihat dari wajah tampan putra bungsunya yang terlihat sedikit pucat, dan kedua mata yang terlihat sayu.

Jeno mengangguk kecil, lalu menyembunyikan wajahnya diperut sang ibunda, kedua tangannya melingkar eret untuk memeluk badan Tiffany.

Tiffany mengulurkan tangannya untuk mengelus punggung putranya dengan lembut, sesekali berpindah untuk mengelus rambut belakang Jeno.

" Ganti baju dulu yaa..terus makan dan nanti kamu bisa istirahat "

Jeno melepaskan pelukannya, kepalanya kembali memberikan anggukan kecil, ia  bangkit dari duduknya, dan melangkah ke arah walk in closet.

Tiffany memperhatikan dengan lekat punggung sang anak yang mulai menghilang karna tertutup oleh pintu walk in closet, tak lama Jeno keluar dari walk in closet dengan celana hitam pendek dan t-shirt berwarna abu abu nya.

" Mau bunda suappin? " Pertanyaan Tiffany sontak langsung mendapat gelengan lemas dari Jeno.

Jeno mengambil nampan yang berisi, makan siang untuknya dan menarunya kembali di atas meja belajar, duduk dikursi sana dengan membelakangi sang ibunda.

Jevano WilliamWhere stories live. Discover now