4- Tak Seperti Biasanya

203 35 9
                                    

Lihat aku, bukan sebagai sosok yang kamu benci.
Lihat aku, kali ini saja.
***

Cewek itu turun dari ojek online yang dipesannya. Meski merupakan orang berada, ia tidak pernah membawa kendaraan ke sekolah. Nayara sebenarnya bisa membawa motor setelah diajari Arsen, tapi ia masih takut sehingga memilih menumpang atau naik kendaraan umum.

Melewati gerbang sekolah, Nayara menarik napas dalam, berusaha menyemangati dirinya. Tak lupa dengan sebuah lagu yang ia putar, tersambung melalui earphone yang dipakainya.

Nayara memasuki koridor utama dengan langkah santai. Ia ikut bersenandung dalam hati. Namun, langkahnya memelan mendapati sosok yang selama beberapa tahun menjadi sahabatnya berjalan dari arah berlawanan.

"Ra!" Mia melambaikan tangan, senyuman yang terpatri di wajahnya semakin menambah kesan cantik. Pantas jika Ghafi menyukai cewek itu.

Teringat foto yang dikirimkan sepupunya, raut Yara berubah datar. Pengabaian yang ia lakukan menciptakan kernyitan di dahi sahabatnya.

"Ra?" panggil Mia menyentuh lengannya saat mereka sudah saling berhadapan, tepatnya Yara yang bermaksud melewati begitu saja.

Yara menoleh. Ketika Mia hendak membuka suara, ia malah melengos dan meninggalkan Mia yang tampak terkejut dengan apa yang dilakukannya.

Ia tahu, tidak seharunya bersikap seperti ini. Hanya saja, Yara merasa sulit untuk berlagak baik-baik saja.

Berusaha mengabaikan perasaan bersalahnya, cewek itu memasuki kelas 11 IPA 3. Ia menyapa Sherin seadaanya lalu menidurkan wajah diantara lipatan lengan. Mood Yara sejak kemarin benar-benar berantakan.

Sherin yang peka dengan suasana hati teman sebangkunya memilih tak bertanya. Toh, nanti juga Yara pasti akan cerita sendiri.

"Ra, Bu Kinan dateng!" Sherin mengguncang bahunya pelan. Yara berdecak dan segera menegakan badan.

Seperti biasa, Ulwan sebagai ketua kelas memberikan intruksi untuk berdoa terlebih dahulu. Setelah itu, Kinanti sebagai guru Pendidikan Kewarganergaan menyapa dengan semangat, tak ketinggalan beliau mengajak para siswa untuk menyanyikan lagu Tanah Airku. Katanya untuk menanamkan rasa cinta pada tanah kelahiran.

"Oke anak-anak, sekarang buka buku paket dan baca dari halaman 77 sampai 90. Ibu beri waktu 30 menit. Setelah itu, kita akan mengadakan games."

Para siswa bersorak gembira. Sebagai guru, Kinanti banyak disukai karena cara mengajarnya yang tidak membosankan. Selain menjelaskan di depan kelas, ia juga kerap mengajak siswa, berdiskusi, menonton video hingga bermain games untuk membuat anak didiknya semangat mengikuti pembelajaran.

Yara sendiri mencoba melupakan masalahnya untuk sementara, berusaha tidak mencampur adukan perasaan pribadi. Yara tak mau percintaan merugikan dirinya.
***

Danes berjalan seorang diri. Ia baru saja menemui Aziel untuk membayar uang yang dipinjamnya dua hari lalu. Kebetulan jam istirahat masih berlangsung dan ia tak sempat bertemu dengan sahabatnya yang sibuk di ruang OSIS.

Hari ini, Danes juga tak ikut makan di kantin karena Ilona menawarinya roti yang katanya kelebihan. Tentu cowok itu tak menyia-nyiakan pemberian teman sekelasnya. Bukankah rezeki tidak boleh ditolak? Lagipula, lumayan uang jajan Danes hari ini utuh.

"Shaka!"

Danes refleks menghentikan langkah. Namun, menyadari siapa yang memanggilnya, ia lanjut berjalan, mengabaikan sosok di belakangnya yang mengembuskan napas berat.

"Ka!"

Berdecak, Danes berbalik sekaligus menghempaskan tangan yang dengan lancang menyentuh bahunya.

Nayara's Two Wishes ✔️Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang