Hanya ada satu pilihan untukmu
Berhenti atau tersakiti
***Hari ini tepat kegiatan ekskul futsal dan marching band di laksanakan. Rencana awal Yara yang dulunya hendak keluar untuk menghindari Danes kini malah berlaku sebaliknya. Yara kembali latihan setelah beberapa kali absen. Hal tersebut ia lakukan demi bisa melihat Danes.
Selesai pemanasan dan latihan, Yara bersama beberapa rekannya memasuki lapangan futsal dan mengambil tempat duduk di sisi lapangan. Mereka sengaja menonton permainan untuk mengisi waktu istirahat.
"Gue dukung tim Kak Ghafi, pasti elo juga sama, 'kan?" tanya Tania yang bersila di sebelahnya. Dapat Yara lihat kerlingan mata teman satu ekskulnya. Gadis itu tahu kalau beberapa pekan terakhir dirinya dan Ghafi cukup dekat.
Mungkin dulu ia akan mengiyakan, tapi sekarang untuk mengangguk saja rasanya sangat berat. Yara akhirnya hanya berdeham lalu mengalihkan pandangan setelah mendengar peluit dibunyikan.
Tatapan Yara tertuju pada sosok bertubuh tinggi yang tampak berusaha merebut bola dari Ghafi. Sejak melihatnya datang ke lapangan, tak ada sedikitpun senyum yang terpatri di bibirnya. Cara bermain Danes terlihat berbeda dari biasanya, kasar dan begitu berambisi, seperti orang yang ingin melampiaskan amarah.
"Selow Nes!" suara Lingga terdengar setelah Danes- entah sengaja atau tidak mendorong Ghafi hingga terjatuh. Lingga menepuk bahu sahabatnya yang tak mengucapkan sepatah kata pun permintaan maaf.
Danes sedang tidak baik-baik saja. Yara tahu dengan jelas hanya dengan melihat raut wajahnya. Cowok itu menatap ke arahnya hingga Yara dibuat terkesiap. Keduanya saling melempar pandangan sebelum kemudian Danes melengos dan lanjut mengejar bola.
Yara mengembuskan napas berat. Ia jadi teringat kejadian dua hari lalu saat Danes mengusirnya. Rasa sakitnya masih terasa sampai sekarang, tapi mengingat perlakuannya dulu pada cowok itu, tentu belum seberapa.
Yara sempat down dan berpikir untuk berhenti mendekati Danes. Namun, hatinya menolak. Ada rasa ingin memperbaiki semuanya. Yara memang pernah memberikan luka, makanya ia berharap dapat menjadi orang yang membuat Danes bangkit dari keterpurukannya. Yara tidak egois, bukan?
"Ra awas!"
"Yara!"
Terperanjat, Yara hendak mendongak mendengar teriakan beberapa orang yang memanggil namanya. Akan tetapi, ia terlambat saat sesuatu yang keras mengenai wajahnya.
Rasa sakit dan ngilu terasa menyerangnya dengan dahsyat, Yara bahkan tidak ingat apa yang terjadi setelahnya karena semua tiba-tiba menjadi gelap.
***Rasanya memuakan melihat sosok yang dulu begitu membencinya kini berbalik terus mencoba mendekat. Seharusnya ada rasa senang karena mungkin- semua usaha yang ia lakukan terbalas meski terlambat. Namun, Danes yang sudah terlalu banyak terluka tak ingin memberikan kesempatan sedikitpun dan pada siapapun.
Tidak ada jaminan orang itu tak akan kembali menyakitinya. Danes sudah pernah memberikan kesempatan pada seseorang untuk memperbaiki kesalahannya dan hasilnya sia-sia.
Ayahnya. Pengabaian yang lelaki itu berikan selama bertahun-tahun selalu berusaha Danes maklumi, padahal ibunya pernah meminta berhenti menunggu, tapi Danes yang yakin bahwa sang ayah akan kembali pada akhirnya hanya mendapat kekecewaan yang mendalam. Sampai akhir hayatnya, lelaki itu bahkan tak pernah mengingat pernah memiliki putra sepertinya.
Danes sempat menyerah atas pengharapan. Namun, jatuh hati pada sepupu sahabatnya tak pernah ada dalam rencananya. Luka yang pernah diberikan ayahnya membuat Danes bersikeras untuk membuat Yara membalas perasaannya. Ia tak peduli meski cara yang dilakukannya cukup menyebalkan hingga membuat cewek itu merasa sangat terganggu.
KAMU SEDANG MEMBACA
Nayara's Two Wishes ✔️
Teen FictionNayara Prameswari sangat membenci Arshaka Daneswara. Baginya, Danes adalah spesies cowok menyebalkan yang terus mengganggunya. Nayara memiliki dua keinginan yang senantiasa ia panjatkan dalam doa. Pertama, menjadi pacar Ghafi, si kakak kelas yang me...