20- Penolakan

180 41 43
                                    

Ternyata begini ya sakitnya diabaikan
***

Keadaan lapangan begitu ramai di Senin pagi. Seluruh siswa, dimulai dari kelas sepuluh hingga kelas sebelas dari dua jurusan berbaris secara berurutan, hendak mengikuti kegiatan rutin, yaitu upacara bendera.

Para petugas OSIS berpencar untuk membantu merapikan barisan, pula beberapa anggota PMR yang berdiri di arah paling belakang, tak ketinggalan membawa serta tandu untuk berjaga-jaga. Biasanya kalau upacara terlalu lama dan matahari cukup terik, banyak siswa yang jatuh pingsan. Jadi, mereka akan sigap menggotong siswa tersebut ke tandu untuk dibawa ke UKS.

Nayara yang memiliki tubuh cukup tinggi berdiri di di barisan ke dua dari belakang. Melirik ke arah kelas sebelah, tepatnya XI IPA 2. Tatapannya tak sengaja bertubrukan dengan Samia yang kebetulan menghadap ke arahnya, tengah mengobrol dengan Lily.

Samia langsung memicingkan mata kemudian membuang muka. Hal tersebut membuat Yara terpaku. Tiba-tiba saja bayangan kejadian dulu melintas di benaknya. Saat itu dirinya melakukan hal sama pada Samia. Hh.

Yara kembali fokus ke arah depan. Sesekali ia menanggapi perkataan teman sekelasnya bernama Idelia. Kebetulan Sherin yang merupakan anggota PMR sedang bertugas menjaga anak kelas sepuluh.

Cewek itu dibuat tertegun melihat seorang siswa yang berjalan tergesa-gesa melewati barisan kelasnya. Setelah satu minggu, akhirnya ia melihat keberadaan Danes di sekolah. Rasa lega sekaligus senang berpadu menjadi satu. Namun, saat memperhatikan raut cowok itu, dadanya berubah sesak. Mendung di wajah Danes masih tampak.

"Upacara bendera, hari Senin tanggal ... "

Yara terkesiap menyadari upacara sudah dimulai karena terlalu asik melamunkan Danes. Sepanjang kegiatan, ia tidak bisa fokus karena terus memikirkan cara agar bisa berbicara dengan Danes.

Hingga upacara selesai, Yara tidak langsung menuju kelasnya melainkan berdiri di pertigaan koridor, menunggu Danes.

"Ra, Ayo!"

Cewek itu menatap Idelia, salah satu teman sekelasnya yang mengajak pergi. Namun, Yara malah menggeleng. "Duluan aja, Del! Gue lagi nunggu orang dulu."

Idelia mengangguk lalu menarik temannya menuju kelas. Yara cukup kesulitan mencari keberadaan Danes karena banyaknya siswa yang lewat. Kesabarannya membuahkan hasil saat mendapati Danes berjalan bersama Azil dan Auriga. Namun, senyumnya lenyap mendapati siapa yang berdiri di sebelah cowok itu.

Keberaniannya tadi menghilang begitu saja. Yara merasa kalah hanya dengan melihat seorang Ilona.

"Hai, Ra!" Sapaan Azil berhasil membuat mereka menoleh.

Yara tersenyum kaku. "Ha-hai Zil!"

"Duluan ya," ucap Azil yang ia balas dengan anggukan. Saat melihat Auriga yang berada di sampingnya, ia dapat melihat cowok itu yang menatapnya tak suka. Auriga melengos begitu saja, tapi Yara berusaha tidak peduli. Ia hanya ingin berbicara dengan Danes yang kini bersikap seolah tak melihatnya, melewati Yara begitu saja.

"Nes!" panggilnya. Namun, yang berhenti malah sosok di sebelah Danes. Ilona sempat menoleh ke arahnya sebelum Danes menarik cewek itu pergi.

Yara menarik napasnya yang terasa sesak. Menatap punggung Danes yang semakin menjauh. Rupanya benar. Cowok itu memang tak mau berhubungan lagi dengannya.
***

Jam istirahat sedang berlangsung. Yara yang tidak melihat keberadaan Danes di kantin segera menandaskan semangkuk mie ayam miliknya dan meninggalkan Sherin yang hanya bisa menghela napas melihat tingkah sahabatnya.

Semanjak pertengkaran besar dengan Samia dan Danes, sikap Yara semakin tidak jelas, bahkan selalu tidak konsentrasi ketika kegiatan pembelajaran berlangsung. Yara tidak seaktif biasanya dan beberapa kali mendapat teguran dari guru yang berbeda karena terus melamun.

Nayara's Two Wishes ✔️Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang