11- Semudah itu?

152 34 47
                                    

Aku menyerah.
Itu, kan, yang kamu mau?
***

Yara terus berontak, berusaha melepaskan diri dari cengkraman sosok yang membawa pergi dari ruangan. Hingga ketika keduanya berhenti, cowok itu berbalik, melepa
skan tangannya dan langsung ia berikan dorongan pada dadanya.

Terdengar helaan napas, Danes tidak bermaksud ikut campur, ia hanya tak suka melihat sepasang sahabat tersebut bertengkar hebat. Danes jamin, tidak lama dari sekarang, keduanya akan merasa menyesal karena telah mengedepankan emosi, padahal masih bisa dibicarakan baik-baik.

"Gak usah ikut campur!" tegas cewek itu dengan napas menderu. Namun, Danes dapat melihat mata pujaan hatinya memerah. Jika Samia tak bisa menahan tangisnya di dalam ruangan latihan tadi, maka berbeda dengan Yara yang berusaha untuk tidak menampakan kesedihannya.

Danes tahu, Yara hanya sedang kecewa, tapi ia juga tidak bisa membenarkan beberapa hal yang dilakukan cewek itu. Pertama, ketidakjelasannya menjauhi Samia hanya karena dekat orang yang disukainya. Kedua, Yara yang langsung terpancing dan tak bisa diajak berkompromi. Terakhir, Yara yang peduli, tapi memiliki gengsi tinggi.

"Samia punya alasan kenapa dia gak cerita-"

"Alasan?" potong Yara. Sedetik kemudian matanya membola. "Jadi, dia kasih tau elo dan ... rahasiain dari gue?" Cewek itu tertawa sumbang. Samia bahkan mempercayakan semuanya pada orang yang baru dikenalnya dan ... kenapa harus Danes?

"Bukan gitu!"

"Terus apa?" tanyanya dengan nada membentak. "Udahlah! Kalian itu emang sama aja."

Danes menatapnya dengan dahi mengernyit. "Maksud lo apa, Ra?"

Mendengkus, Yara berbalik untuk kembali menemui Samia, meminta penjelasan karena ia merasa semuanya belum selesai. Akan tetapi, Danes segera menahan tangannya.

Yara menghempaskan tangan cowok itu, melemparkan tatapan tajam. Ia tidak suka dengan sikap Danes.

"Jangan ikut campur!" tegas Yara mencoba melepaskan diri dari cekalan cowok di hadapannya, tapi Danes terlalu kuat sehingga usahanya sia-sia. "Daneswara!"

Danes menggeleng. Ia hanya tidak ingin Yara menyesal terlalu dalam. Dirinya tahu keadaan keluarga Samia karena pernah mengantar cewek itu pulang dan tak sengaja mengetahui. Akhirnya Samia terpaksa bercerita dan meminta Danes berjanji untuk merahasiakannya dari Yara.

Di sisi lain, ia juga mengerti posisi Yara. Ia tahu Yara tulus pada Samia meski status sosial mereka berbeda. Intinya setiap orang memang memiliki rahasia masing-masing dan mereka berhak memutuskan untuk menceritakan pada siapa saja yang menurut mereka nyaman.

Yara tidak mengatakan tentang perasannya pada Samia karena dia tahu, sahabatnya sangat dekat dengan Ghafi. Selain malu, Yara takut merasa canggung jika mereka bertiga tak sengaja bertemu. Yara juga takut Samia keceplosan.

Lalu, Samia juga sama, memiliki alasan kenapa tak jujur dengan keadaan bundanya.

Sebenarnya mereka bisa dengan mudah memperbaiki kesalahpahaman tersebut. Keduanya tinggal saling introspeksi, mengakui kesalahan lalu menceritakan semuanya. Tapi, mungkin itu hanya ada dalam pikiran kaum laki-laki yang lebih mengedepankan logika daripada perasaan.

"Gue cuma gak mau lo nyesel, Ra," ucap Danes dengan nada suara lembut. Yara cukup keras kepala dan melawan dengan cara yang sama hanya akan berakhir dengan tidak baik.

"Apa peduli lo kalau gue nyesel?" Cewek itu mendorong lengannya masih dengan tangannya yang belum terlepas dari cekalan Danes.

Setelah semua perjuangannya selama ini, Yara masih tak bisa melihat ketulusannya, padahal Danes hanya tidak ingin sang pujaan hati terluka akibat sikapnya sendiri.

Nayara's Two Wishes ✔️Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang