T i g a p u l u h e n a m

81.6K 9.2K 2.6K
                                    

Update lagi!!!

Yuhu! Tamat di 40 an chapter aja deh ya! Hehe!

Next komen 1,5K aja deh!! Wkwkwk!

Nanti malam honeymoon 2 akan di upload di karya karsa! Stay tune!

🧟‍♀️🧟‍♀️🧟‍♀️

"Lho, mbak Anya sudah balik ke rumah ya? Kemarin habis dari mana saja mbak? Ngapain aja? Mbak makan apa? Minum ap-"

"Mas Jamal, kamu lagi tanya apa introgasi ya?" Anya menghentikkan Jamal yang menerocos, memberi rentetan pertanyaan padanya tanpa jeda.

Jamal cengengesan. Dengan gerobak bakso di depannya, pria itu mengelap bulir keringat yang menetes di dahinya dengan handuk kecil yang tersampir di leher.

"Kamu jualan bakso, sekarang?" Anya menunjuk pada gerobak berwarna biru di depannya.

"Hehehe, iya mbak Anya. Mau bakso?" Jamal langsung berpindah ke sisi dalam gerobak bakso. Tangannya bergerak mengambil mangkok bakso bergambar ayam jago.

"E-eh? Iya deh Mas, beli sepuluh ribu aja." Pinta Anya.

"Buat mbak Anya gratis aja deh. Hehe." Jamal memberikan cengiran manisnya pada Anya.

"Mienya segini cukup?" Jamal menyodorkan mangkok yang sudah ia isi dengan Mie putih.

"Udah, Mas."

Jamal yang mendengar panggilan itu seketika tersipu malu. Ia menutup wajahnya dengan handuk dan membalikkan badan, memunggungi posisi berdiri Anya.

"Mas Jamal?"

"Stop! Diem mbak Anya! Saya masih salting!" Jamal mendumel sendirian, membuat Anya heran dengan tingkah Jamal hari ini.

"Oke. Tahan Jamal!" Jamal bermonolog, sebelum akhirnya ia kembali menghadap ke rombong baksonya.

"Bawang merahnya segini?" Jamal bertanya lagi.

Anya mengangguk.

"Sayurnya segini udah, mbak?" Tanya Jamal.

"Iya Jamal. Udah." Anya menghembuskan nafas panjang, ketika semua yang di masukkan ke dalam mangkok bakso selalu di tanyakan kepadanya.

"Pakai apa mbak?" Jamal membuka penutup panci besar bakso.

"Campur aja Mas."

"Campur saya juga, nggak mbak?" Jamal menoleh pada Anya sambil cengengesan.

"Sayang," dari balik pagar rumah, Bian tiba-tiba muncul dan langsung mendusel di pundak Anya.

"Penganggu!" Celetuk Jamal, dan fokus mengambil bakso untuk Anya.

Bahkan ia memilah milah bakso, dan mengambil yang ukurannya paling besar diantara semua.

"Mas mau bakso dong," Bian melingkarkan tangannya di perut Anya, dari belakang tubuh istrinya itu. Tapi tatapan matanya menghunus tajam ke arah Jamal.

"Mau berapa mas?" Anya mengelus punggung tangan suaminya.

Jamal yang mendengar itu sontak kaget. Dia menoleh pada Anya. "Ternyata saya nggak spesial ya." Katanya dengan suara memelas.

Tangannya seketika melemas. Tidak semangat berjualan bakso lagi.

"Tapi tidak apa apa. Saya akan menunggu jandanya mbak Anya!" Jamal berseru semangat, dengan tiba tiba, sebelum kembali memilih bakso paling besar untuk anya.

Setelah dirasa lebih dari cukup, Jamal menuang kuah bakso ke dalam mangkok. "Segini cukup, mbak Anya?" Tanya Jamal.

Anya mengangguk. "Makasih ya, Mal. Nanti di bayar suami saya." Ucap Anya, membuat hati Jamal tercubit, tapi senyumnya tetap mengembang.

Bad Duda [END]Where stories live. Discover now