2. Motor Tua

10.7K 185 7
                                    

"Dik, nanti jadi main ke rumah kan?" Bisik Anas pada Dika.

"Jadi dong," jawab Dika segera dengan suara yang juga pelan.

Semenjak kejadian ulang tahun Anas, Dika selalu mengajak bermain di rumah Anas. Ia selalu menolak untuk bermain di tempat lain, bahkan di rumahnya sendiri. Dika masih penasaran, sebenarnya sensasi apa yang ia rasakan dulu.

"Okee bagus, nanti kita main ngelanjutin game yang kemarin ya," ujar Anas.

"Iyaaa, tapi gantian ya, masa kamu doang main, aku cuma liatin kamu main dari kemaren," bisik Dika dengan muka sedikit cemberut.

"Iyaa iyaa bawel, hahaha" jawab Anas mengiyakan.

"Anas! Kamu dari tadi berisik terus ya, bukannya merhatiin," Ujar Pak Arif, guru matematika mereka.

Dika dan Anas seketika diam. Mereka lupa mereka masih berada di dalam kelas yang sedang diajar oleh Pak Arif, guru mereka yang galak.

"Coba kamu kerjain contoh soal di papan!" Perintah Pak Arif pada Anas. Anas melihat soal yang ada di papan. Anas melangkah gontai maju ke depan dan bersiap mengambil kapur putih. Sementara semua temannya menertawakannya, termasuk Dika.

Cukup lama ia berdiri di depan papan, tanpa melakukan apapun. Ia sedikit jengkel karena dia tidak hanya mengobrol sendiri, tetapi bersama teman sebangkunya, Dika. Anas melirik ke arah Dika, namun Dika malah menjulurkan lidahnya, mengejek Anas yang keringat dingin di hadapan Pak Arif. Hal itu membuat Anas semakin jengkel dan ia kembali menatap soal yang ada didepannya.

"Bisa ngga?" Suara Pak Arif memecah pikirannya. Anas hanya diam tak menjawab.

"Makanya kalo saya jelasin di dengerin. Jangan rame sendiri!" Ujar Pak Arif menasehati.

"Tapi Pak, saya ga sendiri ngomongnya, itu sama Dika juga Pak" jawab Anas mencoba membela diri sambil menunjuk ke arah Dika.

"Lhoo, masih berani jawab kamu. Dika, sini kamu!" Perintah Pak Anas.

Kini Dika dan Anas berdiri di depan kelas. Murid yang lain terlihat menertawakan mereka.

"Sekarang kalian berdua kerjakan soal itu, kalo ga bisa, kalian berdua yang bertugas membersihkan kelas pulang sekolah nanti!" Ancam Pak Arif.

Dika menoleh ke arah Anas. Kini dia terlibat dengan masalah yang dibuat Anas. Anas pun berbalik mengejek Dika dengan cara yang sama, yaitu menjulurkan lidahnya.

Mereka berdua berdiri menghadap papan. Namun bukannya berpikir untuk mengerjakan soal, mereka malah sibuk beradu saling menginjak sepatu dan menyenggol badan satu sama lain.

Hal itu membuat Pak Arif marah. "Sudah, kalian duduk lagi. Kalian nanti dihukum bersihkan kelas sepulang sekolah! Paham?" Perintah Pak Arif.

"Iyaa Pak," jawab mereka kompak. Mereka kembali duduk dengan wajah tertekuk. Mereka menghabiskan sisa jam pelajaran dengan fokus memperhatikan pelajaran Pak Arif tanpa berbicara sedikitpun.

Pelajaran telah usai, kini satu persatu teman-teman Anas dan Dika pulang ke rumah masing-masing. Namun Anas dan Dika harus membersihkan seluruh ruang kelas. Mereka membersihkan kelas dalam kesunyian. Tidak ada saling sapa bahkan saling saling menatap pun tidak.

"Kamu sih Nas, ngobrol terus. Udah tau Pak Arif galak," celetuk Dika tak tahan.

"Kamu juga ngapain nanggepin? Kenapa juga ga bisa bantu jawab soal tadi?" Sanggah Anas.

"Yee, dasar kurus!" Ejek Dika tak tahan.

"Heee, kamu ndut!" Balas Anas.

"Cungkring!" Tambah Dika.

Dika dan Para Suami - New ChapterWhere stories live. Discover now