5. Halaman

5.9K 138 4
                                    

Siapin tissue buat jaga-jaga, hehe! ^^

---

Proses renovasi dapur Dika berjalan dengan lancar berkat kepiawaian Om Muh. Tak butuh waktu lama, kini atap dapur itu kembali kokoh.

Selama pengerjaan itu, Dika bisa terus melihat Om Muh bertelanjang dada di rumahnya. Ia sangat suka ketika Om Muh berkeringat, membuat tubuhnya mengkilat ketika terkena cahaya. Satu yang selalu menjadi fokus Dika, yaitu puting Om Muh. Ada keinginan dari Dika untuk memainkan puting itu. Namun, Dika terlalu takut untuk melakukannya hal tersebut. Setelah semua pekerjaan rampung, Dika tidak bisa lagi melihat pemandangan indah tubuh Om Muh.

Beberapa hari berlalu, Papa Dika mendapatkan tugas dari kantornya untuk mengurus kantor cabang di kota lain selama satu minggu. Mamanya pun juga ikut menemani, karena kebetulan ada saudara mereka yang sedang mengadakan hajatan. Sedangkan Dika tidak bisa ikut mereka, karena Dika harus masuk sekolah dan sebentar lagi memasuki ujian semester ganjil. Mau tidak mau, Dika harus dititipkan ke rumah Anas.

Dika diantar oleh kedua orang tuanya ke rumah Anas. Semua keperluan Dika selama satu minggu tidak luput untuk dibawa. Sedangkan semua barang Papa dan Mama Dika sudah siap berada di dalam mobil.

"Yeayy! Akhirnya kita bisa tidur bareng," teriak Anas kegirangan.

"Hehehe, pokoknya nanti kita begadang main game sama nonton TV ya Nas," ujar Dika tak kalah senang.

"Halah, nanti juga TV nya yang bakalan nonton kalian," celetuk Om Muh. Semua orang dalam ruangan itu tertawa.

"Minta tolong titip Dika ya Pak Muh, kalo rewel di jewer aja," ujar Papa Dika.

"Siapp Pak. Tuh Dik, dengerin, Papamu udah ngasih ijin buat Om ngehukum kamu kalo nakal," ancam Om Muh bercanda.

"Biarin, ga takut, wleee" jawab Dika sambil menjulurkan lidah.

"Dika, jangan nakal ya nanti, dengerin apa kata Om Muh," tambah Mama.

"Siapp grak!" Jawab Dika dengan posisi hormat. Dika terlihat sangat menggemaskan.

"Ya udah, Papa sama Mama berangkat dulu ya," ujar Papa Dika. Dika lantas menghampiri kedua orang tuanya. Diciumnya kedua tangan orang tuanya itu. Papa dan Mama Dika bergantian untuk mencium pipi anak satu-satunya itu. Anas juga ikut bersalaman dengan kedua orang Dika.

"Saya permisi dulu ya Pak Muh, terima kasih banyak atas bantuannya, dan maaf kalo merepotkan nanti," ujar Papa Dika.

"Ngga sama sekali kok Pak, Bapak sama Ibu hati-hati nanti di jalan," balas Om Muh. Om Muh mendekatkan bibirnya ke telinga Papa Dika dan membisikkan "Selamat berlibur dan berbulan madu Pak, mumpung ada kesempatan."

Om Muh dan Papa Dika tertawa terbahak-bahak. Semua orang menatap mereka heran.

Kini kedua orang tua Dika sudah berangkat menuju tempat tujuan mereka. Meninggalkan anak semata wayangnya di orang kepercayaan mereka, Om Muh.

Karena hari ini adalah hari minggu, Dika dan Anas bermain tanpa henti dari pagi hingga sore. Om Muh sedari tadi sibuk dengan peralatan tukangnya, ia mendapat pesanan untuk membuatkan pintu kayu.

Hari menjelang sore, Om Muh tak lagi mengenakan bajunya, dan bertelanjang dada memamerkan otot dadanya yang sempurna. Tak jarang orang-orang menyapanya jika melewati depan rumah Om Muh. Tak terkecuali Indah, yang merupakan seorang janda.

Indah sangat tertarik dengan Om Muh. Ia berusaha mati-matian menggoda Om Muh untuk mendapatkannya. Ia menggunakan tubuhnya yang montok untuk memikat pria incarannya. Parasnya tak begitu cantik, namun buah dada dan bokongnya begitu menggoda. Sebenarnya, Indah bisa saja memikat semua lelaki dengan keseksiannya, namun ia pemilih. Om Muh lah yang kini menjadi incarannya.

Dika dan Para Suami - New ChapterWhere stories live. Discover now