16. Kedua Kali

1.2K 82 10
                                    

Mobil keluarga Dika baru saja tiba di tempat parkir rumah sakit. Namun Dika tidak sabar dan segera turun dari mobil dan berlari menuju rumah sakit. Papa dan Mama Dika terkejut dan khawatir.

Namun, belum lama Dika berlari, Dika tiba-tiba berputar arah menuju kedua orang tuanya. Papa dan mama kini lega sekaligus kebingungan dengan tingkah Dika.

"Kita harus kemana Pa?" tanya Dika dengan tersenyum malu

"Hahahaha, kamu ini. Ayo ikut papa," jawab Papa yang terpingkal-pingkal melihat tingkah laku anaknya. Ia pun menggandeng tangan Dika agar tidak pergi lagi nantinya. Mama hanya tersenyum melihat dua orang kesayangannya itu berjalan, di tangan kanannya sudah ada tas berisi barang Ustad Izhar dan Mbak Umi.

Setibanya di depan ruangan tempat mbak umi menginap, Papa mengetuk pintu pelan. Pintu pun terbuka, dan terlihat wanita paruh baya yang belum pernah mereka lihat sebelumnya.

"Ehh, bener kamar Umi kan?" tanya Papa spontan.

"Ohh benar Pak, mau menjenguk Umi ya?" jawab wanita itu.

"Iyaa ibu, hmmm... Ibu..." ucap Papa

"Ohh maaf, saya Ibunya Umi. Mari masuk," ajak wanita itu yang ternyata merupakan ibu dari mbak Umi.

Mereka bergegas masuk. Di dalam ruangan itu, mereka melihat mbak Umi yang sedang tertidur dengan infus yang terpasang di tangan kirinya. Selang oksigen masih terpasang untuk membantu mbak Umi bernapas. Kulit wajahnya sudah tidak sepucat kemarin.

Disampingnya terlihat seorang pria yang sedang memegang tangan mbak Umi. Ia terlihat sangat lusuh dan kelelahan. Dari baju yang dikenakannya, Dika langsung mengenali bahwa itu adalah ustad Izhar. Tangannya memegang erat tangan istrinya itu.

"Nak, ada tamu," ucap Ibu Mbak Umi membangunkan Ustad Izhar. Seketika ustad Izhar terbangun dari tidurnya.

"Ehh pak bu, maaf saya ketiduran," ia mengusap matanya agar semakin tersadar. Ia beranjak dari tempat duduknya, dan menyalami Papa, Mama dan Dika.

"Ehh, ada Dika juga," ucap Ustad Izhar sambil mencubit pipi Dika yang selalu terlihat menggemaskan setiap waktunya.

"Iyaa nih, dia maksa ikut, ga sabaran anaknya. Katanya mau cepetan liat Mbak Umi. Dia bahkan bantuin buat masukin barang-barang kalian, nih" jawab Mama Dika.

"Wahhh, makasih ya Dika sayang," ucap Ustad Izhar.

"Oh jadi ini Dika yang sering Umi ceritakan ke saya. Katanya ada anak tetangganya yang lucu, sering main ke rumahnya, ternyata beneran lucu" ucap ibu Mbak Umi.

Dika tersenyum malu mendengar itu dari Ustad Izhar dan Ibu Mbak Umi.. Semua tertawa melihat tingkah Dika. Papa pun menambah suasana riang dengan menceritakan kejadian di parkiran yang baru saja terjadi. Sontak semua orang di dalam ruangan itu tertawa.

Suasana riang itu pun membuat Mbak Umi terbangun dari tidurnya. "Ehh ada Dika, Bapak, Ibu" ucap Mbak Umi dengan nada yang lemah.

"Eh maaf ya Umi, jadi kebangun," ucap Mama Dika.

"Ngga apa-apa bu, justru saya senang dijengukin," jawab Mbak Umi.

"Kamu gimana keadaannya? Udah mendingan?" tanya Mama lagi.

Mbak Umi mengangguk. "Ini cuma perlu istirahat," jawab Mbak Umi. Mendengar itu, Dika mendekati ranjang Mbak Umi. Ia memegang tangan mbak Umi lembut.

"Mbak Umi gapapa kan?" Tanya Dika dengan perlahan.

"Gapapa kok sayang, nanti juga mbak Umi udah sembuh. Doain ya," jawab Mbak Umi.

Mendengar itu, kekhawatiran dika seolah sirna. Ia kembali tersenyum dengan ceria selayaknya Dika.

Dika dan Para Suami - New ChapterTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang