14. Pintu

5.7K 127 29
                                    

⚠️👩‍❤️‍👨🔞⚠️

Kini Ustad Izhar berdiri di depan Mbak Umi yang sedang duduk. Mereka duduk di kursi meja makan yang letaknya tak jauh dari pintu keluar. Sehingga Dika bisa melihat mereka dengan jelas dari samping.

Dika kini bisa melihat tubuh tegap ustad Izhar seperti yang ia lihat ketika di sungai beberapa waktu lalu. Namun bedanya kali ini Dika bisa melihat kontol Ustad Izhar berdiri tegak hampir menyentuh pusarnya. Kali ini, kontol itu nampak lebih besar dari milik Om Muh.

"Enak?" tanya Ustad Izhar pada Mbak Umi.

"Ho'oh," jawab Mbak Umi singkat. Nampak ia mencoba mengatur napasnya.

Ustad Izhar tak ingin membiarkan Mbak Umi beristirahat. Ia memegang kepala Istrinya itu, dan mengarahkan kepalanya ke batang kontolnya. Namun tidak disangka, mbak Umi menolak.

"Ayolah yang," pinta Ustad Izhar. Mbak Umi menggelengkan kepalanya

Mbak Umi masih tidak mau untuk mengulum kontol suaminya itu. Sejak 1 tahun menikah, Ustad Izhar belum pernah merasakan kontolnya dikulum. Ia sudah berulang kali membujuk istrinya, namun Mbak Umi masih tidak mau. Ntah apa alasannya.

"Sekali ajaa yah?" Pinta Ustad Izhar memelas.

Melihat muka suaminya yang memelas, ia kemudian mencoba untuk mengiyakan permintaan itu. Ia meraih batang besar itu dengan tangannya yang sangat lembut. Tangannya bahkan tak cukup untuk melingkari batang itu. Ia menggerakkan tangannya maju mundur secara perlahan.

"Ahhh," desah Ustad Izhar.

Ustad Izhar menikmati setiap sentuhan dari istrinya itu. Ia mengelus kepala istrinya, dan membelai rambutnya. Secara perlahan, ia mencoba menarik kepala itu ke arah kontolnya. Kali ini tidak ada perlawanan. Kini deru napas mbak Uni yang berada di depan ujung kontol itu. Hangat menerpa kepala kontol Ustad izhar yang nampak mengkilap karena precum.

Mbak Uni mengocok kontol itu, menatapnya lekat-lekat. Matanya kemudian berpindah melihat ke arah mata ustad Izhar. Kedua pandangan mereka bersatu. Ustad Izhar mengangguk pelan, mencoba memberikan dukungan bahwa apa yang dilakukan istrinya sudah benar.

Mbak Umi kembali menatap batang itu. Kini bibirnya mendekat ke arah kontol itu.

Cuppp. Sebuah kecupan mendarat di kepala kontol itu. Membuat darah ustad Izhar berdesir. "Ughhh," desahnya. "Lanjuting sayang."

Mbak Umi kemudian membuka sedikit mulutnya dan kembali mencium kepala kontol itu.

"Ahh, coba dijilat sayang," rayu Ustad Izhar.

Awalnya Mbak Umi nampak ragu, namun ia mencoba memenuhi keinginan terbesar suaminya. Ia mengeluarkan lidahnya dan menyapukannya pada kepala kontolnya. Mbak Umi merasakan sesuatu yang aneh ketika melakukannya, bukan jijik. Ia melakukannya lagi dan lagi

"Ughhh, sayangg, terusin" desah Ustad Izhar. Ustad Izhar merasakan sapuan lembut daging basah itu di kontolnya.

"Coba masukin mulut ya sayang," pinta Ustad Izhar sambil mengelus pipinya itu. Napas Ustad Izhar sudah sangat memburu. Ia dikuasai nafsu.

Mbak Umi hanya mengangguk, dan membuka mulutnya lebar-lebar. Ia mempersiapkan ruang selebar mungkin, agak kontol suaminya yang besar itu bisa masuk ke dalam mulutnya.

Dengan perlahan, ia mulai memasukkan batang itu ke dalam mulutnya. Hangat dan basah menyelimuti kepala kontol ustad Izhar.

"Aww, jangan kena gigi sayang," pekik ustad Izhar. Mbak Umi mengangguk memberi isyarat mengerti.

Ia kembali memasukkan kembali kontol Ustad Izhar ke dalam mulutnya. Mulutnya penuh sesak dengan kontol. Baru seperempat bagian, namun rasa mual menyerang Mbak Umi. Ia cepat-cepat mengeluarkan kontol itu dari mulutnya.

Dika dan Para Suami - New ChapterWhere stories live. Discover now