7. Rindu

5.7K 143 11
                                    

Hubungan panas semalam, membuat Om Muh dan Dika menjadi semakin dekat. Mereka berdua telah sepakat untuk tidak membahas apa yang mereka lakukan semalam. Rahasia mereka tidak diketahui oleh siapapun, termasuk Anas.

Tatapan Om Muh kepada Dika kini berubah dari yang semula gemas, bertambah menjadi sayang. Tak jarang jika Dika duduk diam, Om Muh langsung memeluknya dan mencium pipinya.

Di malam hari, jam sudah menunjukkan pukul 8 malam. Dika, Anas, Om Muh, Kakek dan Nenek Anas berkumpul di depan TV untuk menonton sinetron. Mereka fokus untuk melihat layar kaca, sambil sesekali berinteraksi.

Om Muh saat itu hanya mengenakan sarung merah, sedang duduk berselonjor di lantai. Dika yang berada di samping Om Muh, merebahkan kepalanya di pangkuan Om Muh. Tak sengaja kepalanya menyenggol batang Om Muh. Hal itu membuat Om Muh terkejut dan menggeser kepala Dika ke area yang aman.

Dika melihat ke arah Om Muh dengan tersenyum nakal. Kepalanya kembali digeser ke tempat semula, dan kembali menyenggol batang Om Muh. Om Muh memindahkannya lagi. Namun Dika tetap melakukan hal yang sama. Mereka berdua tertawa kecil.

"Le, Ibuk sama Bapak tidur dulu ya, itu Anas jangan lupa dipindah ke kamar," ujar Kakek Anas memecah keseruan mereka.

"Nggih, Pak. Nanti saya pindah," jawab Om Muh.

Kakek dan Nenek Anas beranjak dari sofa dan menuju kamarnya di belakang. Sedangkan Anas sedari tadi sudah tertidur lelap di sofa. Om Muh mendudukkan Dika, dan bersiap menggendong Anas ke kamarnya. Sesaat kemudian, ia kembali menuju ke ruang keluarga.

"Dika ga tidur?" tanya Om Muh.

"Masih belum ngantuk Om," jawab Dika dengan lesu.

Om Muh kembali duduk bersila di lantai sebelah Dika. "Kenapa? Kangen sama Mama Papa?" tanya Om Muh dengan lembut. Dika tak menjawab, ia hanya mengangguk pelan.

"Sini," pinta Om Muh dan menarik Dika ke atas pangkuannya. Dika beranjak dari tempat duduknya dan duduk di atas pangkuan Om Muh. Ia bisa merasakan hangat tubuh Om Muh ketika badan mereka saling menempel. Di sisi lain, ia bisa merasakan kenyalnya batang Om Muh yang masih lemas di bawah sana.

"Dika yang sabar ya, nanti kan Papa sama Mama pulang, tinggal beberapa hari lagi," ucap Om Muh menenangkan. Ia memeluk tubuh Dika dari belakang dan mencium pipi Dika dengan lembut. Dika tak menolak ciuman itu. Ia memeluk lengan kekar Om Muh. Mereka terdiam, kembali menatap layar kaca itu. Dika merasa hangat saat berada di dekat Om Muh.

Waktu semakin berlalu, kini Om Muh menyuruh Dika untuk tidur. "Dik, udah malem, ayo tidur," pinta Om Muh. Dika mengangguk. Om Muh mengambil remot dan mematikan TV. "Dika ke kamar yah, Om Mau ngunci pintu dulu," pinta Om Muh lagi. Dika beranjak dari pangkuan Om Muh. Om Muh lantas berdiri kemudian bergegas untuk mengunci pintu dan mematikan beberapa lampu. Ketia Ia kembali ke ruang keluarga, ia sudah mendapati Dika sudah tidak lagi berada di sana.

Tanpa pikir panjang, Om Muh masuk ke dalam kamarnya. Ia terkejut mendapati Dika sudah berbaring di atas kasurnya.

"Dika mau tidur sama Om lagi?" tanya Om Muh.

"Iyaa Om," jawab Dika singkat.

"Ya sudah," ucap Om Muh. Ia lantas mematikan lampu utama, dan menyalakan lampu tidur temaram itu. Sejenak Om Muh mengingat kejadian panas semalam. Ia menggelengkan kepala mencoba menghapuskan pikiran itu. Om Muh kini sudah berbaring di sebelah kiri Dika. Om Muh merasakan tangan halus Dika melingkar kembali di atas perutnya. Tidak ada penolakan darinya. Om Muh kemudian mengelus-elus kepala Dika mencoba meninabobokkan Dika. Om Muh memejamkan mata mencoba tidur.

Suasana sunyi sepi menghiasi malam itu.

Di tengah usahanya untuk tertidur. Om Muh merasakan ada tangan yang menyingkap sarungnya. Tangan itu kemudian menggapai kontolnya. Om Muh terbelalak. Ia melihat Dika sedang terduduk memegang kontolnya yang sedang tertidur itu.

Dika dan Para Suami - New ChapterWhere stories live. Discover now