10. Telepon

6.5K 161 31
                                    

"Dik, ada telepon," teriak Om Muh di siang itu.

Dika berlari menuju arah Om Muh. Om Muh sedang duduk santai di kursi ruang tamu. Ditangannya sudah ada Hp yang sudah tersambung dengan sesorang. Om Muh menghidupkan fitur loud speaker.

"Haloo," sapa Dika.

"Halo jagoan Mama, Dika sehat?" sapa Mama Dika.

"Mama! Iya ma Dika sehat hehe," jawab Dika.

"Dika ga nakal kan sama Om Muh?" tanya Mama lagi.

"Ngga dong mah!" jawab Dika singkat.

"Bohong Bu, Dika nakal kalo sama saya," jawab Om Muh menanggapi.

"Ihhh Om Muh apaan sih," timpal Dika sambil memukul lengan Om Muh.

"Awww, nih Bu, Dika mukul-mukul saya," goda Om Muh. Mama Dika dan Om Muh tertawa, sedangkan Dika cemberut.

"Sayang, Ini urusan Papa hampir kelar, jadi Mama sama Papa pulangnya lusa, ga jadi hari ini. Kamu gapapa ya sama Om Muh dulu?" jelas Mama.

"Hmmmm, gapapa deh, tapi jangan lupa oleh-oleh," jawab Dika santai.

"Hahahaha, iya iyaaa. Tolong titip Dika ya Pak Muh. Maaf sekali merepotkan," pinta Mama.

"Iyaa bu, tidak apa-apa. Seneng juga ada Dika, rame terus rumah ini," jawab Om Muh.

Mereka pun mengakhiri pembicaraan itu dan menutup teleponnya. Dalam hati Dika bergembira, karena yang harusnya hari ini Dika sudah kembali ke rumahnya, mendapatkan waktu untuk tetap berada di rumah Om Muh. Itu artinya, ia masih bisa bermain tiap malam dengan Om Muh.

Namun, dua hari ini Om Muh terlihat enggan untuk bermain dengannya di malam hari. Sejak kemunculan tanda merah-merah di dadanya, Ia belum memperbolehkan Dika untuk bermain dengan kontolnya lagi.

Hp Om Muh kembali berdering, nomor tak di kenal terlihat di layarnya.

"Halo," sapa Om Muh.

"...."

"Wahhhh, apa kabar?" tanya Om Muh. Dika tak bisa mendengar percakapan orang itu. Ia memutuskan untuk meninggalkan Om Muh di ruang tamu.

Om Muh bahagia mendapatkan telepon itu. Namun ada kekhawatiran ketika atas apa yang akan terjadi kedepannya. Ia berpikir apa yang harus dilakukannya.

Hp nya kembali bergetar, sebuah pesan bergambar masuk padanya. Gambar itu adalah gambar memek yang dikirimkan oleh Indah. Ia juga menuliskan pesan, "Ga kangen kang?" Om Muh menghiraukannya. Ia merasa sangat bersalah karena sudah memberikan Indah kesempatan beberapa hari lalu. Ia tak mau mengulanginya lagi, meskipun ia sangat ingin.

Di tengah lamunannya, Indah datang ke rumah Om Muh. Ia mencoba untuk masuk ke teras, namun Om Muh bergegas menghalanginya di teras.

"Kenapa akang ga bales chat saya?" tanya Indah sedikit berteriak.

"Ssttttt. Sudah gila kamu ya, mulai sekarang kamu ga usah deket-deket saya lagi. Malu diliat tetangga," jawab Om Muh sambil membekap mulut Indah dengan tangannya. Ia menarik Indah menuju gerbangnya.

"Ohh jadi gini balesan yang aku terima setelah kamu nikmatin aku, hah?" tanya Indah lagi dengan suara yang lantang.

"Pelankan suaramuu," ujar Om Muh.

"Biarin Kang, biar orang lain tau kalo aku mau kamu," ujar Indah. "Aku kangen kamu, aku mau ini," tambah Indah sembari meremas kontol Om Muh. Om Muh kaget dan berusaha untuk mundur.

Sementara di dalam, Dika sedang memperhatikan Om Muh dan Indah sedang berbicara di teras. Ia tak mendengar jelas apa yang mereka bicarakan. Pembicaraan itu berakhir ketika Indah memilih pergi dengan muka yang memerah. Om Muh menggelengkan kepalanya dan berjalan lunglai masuk rumah. Ia tampak memikirkan sesuatu.

Dika dan Para Suami - New ChapterTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang