Addicted to Love | 02 • Dinner

3.5K 410 309
                                    

Hola

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

Hola. Ayang Romero UPDATE!

Siapa yang nungguin? Cus, ramaikan chapternya ya. Biar aku makin semangat nulisnya.

Happy reading.

•••


Tajam bagai elang. Sepasang mata hazel menyapu jalan dengan pandangan congkak. Tanpa ragu memotong puluhan kendaraan, bersama kecepatan penuh. Romero bergerak lincah, menerobos jalan kota yang padat.

Beberapa kali, kuda besi hitam nya itu menerobos traffic light, bahkan berhasil mengelabui polisi. Romero tidak ingin terlambat, untuk menghadiri sarapan bersama keluarga Wayne. Sejak skandal mencuat, kehadirannya dibutuhkan. Posisi Romero benar-benar terancam. Meski menjadi satu-satunya putra, William Wayne dikenal tak pernah ingkar janji.

“Selamat pagi, Tuan. Nyonya sudah menunggu mu di meja makan,” sambut pria berbadan tegap, dengan bola mata biru laut. Tinggi jenjang, memakai suit hitam tebal.

“Ya.” Romero mengangguk tegas. Lekas menyingkirkan helm fullface dari wajah tampan nya. Kemudian, buru-buru beralih tempat menuju anak tangga untuk memasuki mansion.

“Rome, Mom pikir kau tidak jadi datang,” lemah lembut, wanita separuh baya itu tersenyum. Memperhatikan gerak langkah putra tunggalnya mendekat.

“Aku akan selalu datang untukmu, Mom.” Romero memeluk hangat Tarina Wayne, kemudian meraih sebuah kotak berwarna biru dari jaket kulit nya.

“Kau terlalu sering membawakanku hadiah, terimakasih,” ucap Tarina, menyimpan pemberian Romero sambil melirik ke arah William Wayne. Pria itu melotot, tampak tidak begitu nyaman. Ia memang tidak pernah tenang, selama keadaan perusahaan kacau, seperti sekarang.

“Kau sepertinya belum tidur, Dad.” Romero menegur. Sembari mengambil tempat di samping ibunya.

“Apa boleh buat? Skandal mu belum mereda, 'kan?” William mengangkat alis. Menatap putranya tajam. Terlihat jelas ia tersinggung.

“Kau tidak perlu khawatir, setelah pernikahan di umumkan. Skandal akan langsung mereda.”

“Kau terlihat sangat yakin, Rome.” William mengernyitkan alis. Terpaksa berhenti mengunyah makanan yang baru saja dilahapnya.

“Ya, Dad. Aku selalu yakin.”

“Aku berpikir, wanita itu akan membuat skandal baru di hari pernikahan mu. Bagaimana jika ia menolak? Kau tidak memikirkan hal itu?” Tanya William. Mencari kemungkinan terburuk dalam tiap rencana yang selalu dibuatnya.

“Aku memikirkan nya, Dad. Oleh karena itu aku datang hari ini. Aku ingin Mom mengadakan makan malam private untuk kita.”

“Makan malam? Semacam uji coba?” William mendengus dan Romero menelan ludah.

Addicted to Love Where stories live. Discover now