Enam; Pesan Singkat

1.1K 134 9
                                    


"Takdir hanya bertanggung jawab pada apa yang harus terjadi, bukan apa yang seharusnya."

***

VALERIA tidak tahu, kapan terakhir kali seseorang berani mengetuk pintunya lebih dulu. Karena setiap kali hal itu terjadi, abang-abangnya selalu menemukan cara untuk mengusir siapa pun orang yang berdiri di balik pintu. Mungkin, karena terlalu sering digagalkan, Valeria menjadi gagu. Ia tidak tahu harus bersikap seperti apa jika ada tamu yang tiba-tiba mengunjungi rumahnya.

Tapi, ini bukan tentang rumah...

Detak jam dinding terdengar mendominasi ruangan. Memecah sunyi yang tercipta sejak Valeria menginjakkan kaki di kamarnya. Sudah hampir satu jam berlalu. Namun, Valeria tetap bergeming dengan jemari menekuk tegang dan pandangan terpaku pada layar ponsel.

Genap setengah hari nomor Doni tersimpan di dalam daftar kontak Valeria. Akan tetapi, belum ada satu pesan pun berhasil ia kirimkan pada laki-laki dekil itu, laki-laki yang akhir-akhir ini telah memonopoli isi kepalanya.

Bukan karena tidak berminat. Melainkan, karena terlalu banyak yang Valeria pikirkan. Valeria sibuk membayangkan bagaimana reaksi Doni setelah membaca pesannya, dan berakhir tidak mengirimkan apa-apa. Akan tetapi, satu notifikasi pesan dari Sissy yang baru saja muncul di layer ponsel membuat Valeria mendapatkan sedikit keberanian.

Sissy

Val, ini cuma chat, ok? Lagian lo cukup say hei bukan mau nagih utang. Dia nggak mungkin marah. Jadi santai aja

Sissy benar, Doni tidak mungkin marah. Apalagi, laki-laki itu sendiri yang menyimpan nomornya di ponsel Valeria. Bahkan, sesumbar menunggu Valeria menghubunginya lebih dulu. Seharusnya, Valeria tidak perlu khawatir. Berbekal keyakinan itu, Valeria memberanikan diri mengetik sebuah pesan untuk Doni.

Valerie

Malem, Kak Doni. Ini aku Valeria.

Setelah ragu cukup lama, akhirnya Valeria berhasil mengetik beberapa kata di kolom pesan dan menekan tombol kirim. Baru saja Valeria hendak menghela napas lega, tiba-tiba ponselnya kembali bergetar. Layar menyala, menampilkan nama Doni dan satu pesan singkat lainnya.

Kak Doni

Hey, Rainy Girl. Pas banget gue lagi mikirin lo. Eh, tiba-tiba nama lo muncul di layar hehe

Btw, thank you udah chat

Sebelumnya, Valeria tidak pernah percaya satu pesan singkat mampu memberikan efek yang besar. Sampai ia mengalaminya sendiri.

Valeria merasakan wajahnya memanas, rona merah bersemu di pipi sampai ke telinganya. Jantungnya berdebar lebih cepat dari yang seharusnya, menimbulkan efek sesak yang memaksa Valeria meraup oksigen lebih banyak. Tubuh mungil Valeria berguling di balik selimut. Sesekali, kedua tangannya yang terkepal memukul bantal dengan membabi buta. Katanya, itu salah tingkah; reaksi tidak biasa yang ditimbulkan saat seseorang sedang gugup. Tetapi, saat ini, Valeria lebih terlihat seperti orang kesurupan.

"Tenang, Val, tenang..." Valeria mengayunkan telapak tangan tepat di depan wajahnya, berusaha mendinginkan tubuhnya yang masih terasa panas. Padahal, AC di kamarnya menunjukkan angka 18 derajat celcius. "Ini cuma chat, diketik pakai jari. Jangan dibales pakai hati."

Merasa cukup tenang, Valeria kembali meraih ponselnya—yang sempat terlempar jauh sampai ke karpet bulu efek kesurupan tadi—dan berniat membalas pesan terakhir Doni. Akan tetapi, saat Valeria tidak sengaja mengalihkan pandangan ke cermin rias, matanya tidak sengaja bertemu dengan milik Leo.

Gara-Gara Abang [SUDAH TERSEDIA DI SELURUH GRAMEDIA DAN TBO]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang