Sembilan; Kencan Pertama

427 49 2
                                    

"Aku hanya membutuhkan tiga fase untuk mengetahui diriku sedang jatuh cinta. Satu, saat tatap kita bertemu. Dua, saat jemari kita saling bertaut. Tiga, saat melepaskan genggamanmu."

***




DI DUNIA ini berlaku 4 jenis kebohongan; white lies, beautiful lies, self lies, dan mythomania. Di antara keempatnya, tidak ada yang benar-benar menjadi favorit Valeria. Sebab, menurutnya, tidak peduli apa pun alasan di balik kebohongan itu, bohong tetaplah bohong.

Valeria tidak suka berbohong. Begitu juga sebaliknya, Valeria tidak suka dibohongi. Sampai akhirnya ia terjebak dalam kondisi di mana berbohong adalah satu-satunya cara untuk mengubah takdir hidupnya.

"Bang, nanti jam sebelas aku mau nonton bareng Sissy sama Celine di bioskop XXI," ujar Valeria dengan ketenangan yang patut diacungi jempol.

"Nonton apa?" Sesuai dugaan, Leo akan menjadi orang pertama yang melontarkan pertanyaan.

"Miracle In Cell No. 7."

Reza menatap curiga. "Kenapa mendadak banget izinnya?"

"Sebenernya mau izin dari kemarin. Tapi, Celine belum pasti bisa ikut atau nggak. Kalau dia nggak bisa, kita batal nonton," jelas Valeria.

"Sampai jam berapa?" giliran Damian yang menginterogasi.

"Mungkin sekitar jam lima?"

"Jam lima," koreksi Damian. Menghapus kata mungkin yang tersemat di dalam ucapan Valeria.

Valeria menghela napas panjang. "Iya, jam lima."

"Di Mall mana bioskopnya?" cecar Damian.

"Plaza Senayan."

"Nonton doang ngapain pakai baju kayak gitu?" Leo melirik tidak penampilan Valeria dari ujung rambut hingga ujung kaki.

Valeria refleks menunduk, ikut memerhatikan penampilannya. Hari ini, Valeria memang sengaja memilih pakaian paling cantik yang ada di lemarinya. Ia mengenakan dress sepanjang lutut dengan pattern bunga Sakura yang dipercantik dengan renda di bagian pinggang maupun lengan, dan aksen lipit bertumpuk pada rok.

"Memang kenapa kalau pakai dress ini?" balas Valeria.

"Cantik, kok. Apalagi ini kado ulang tahun dari Bunda tahun lalu. Belum pernah aku pakai sama sekali. Kan, sayang kalau cuma disimpen di lemari."

"Abang anterin, ya?" Jerry menawarkan diri.

"Nggak usah, Bang. Nanti berangkat pulang kita dianterin supirnya Sissy," dusta Valeria entah yang ke berapa kalinya hari ini.

Dalam hati, Valeria mengagumi ketenangan yang ia tampilkan sejak tadi. Suaranya tidak terdengar bergetar sama sekali, mimik wajahnya pun tidak menunjukkan keraguan. Ternyata, latihan berbicara di depan cermin semalaman membuahkan hasil baik.

Leo terlihat masih belum puas dengan jawaban Valeria. Namun, saat laki-laki itu hendak membuka mulut, suaranya teredam oleh bunyi bel dari lantai dasar.

"Itu pasti Sissy sama Celine," Valeria menyembunyikan hela napas lega yang nyaris terdengar dari bibirnya dengan seulas senyuman. "Bang, aku pergi dulu. Daaaah!"

Gara-Gara Abang [SUDAH TERSEDIA DI SELURUH GRAMEDIA DAN TBO]Where stories live. Discover now