Dua Belas; Mata-Mata

768 48 2
                                    

"Telah kupersiapkan ruangan terbaik untuk menyambut kedatanganmu. Berharap, nyaman dapat membuatmu tinggal lebih lama. Tetapi, yang kamu hadiahkan adalah pergi, dan ruangan itu... tak lagi berpenghuni."

***


MENJADI pacar salah satu most wanted di sekolah tidak seindah cerita di film atau novel. Kenyataan itu menampar keras Valeria pagi ini.

Belum ada setengah hari berlalu. Namun, energi Valeria sudah hampir habis. Banyak sekali faktor yang membuatnya melunak seperti kerupuk basah. Salah satunya; tatapan menilai siswi-siswi di sekolahnya. Banyak sekali mata yang mengawasi Valeria sejak perempuan itu menginjakkan kaki di parkiran. Dan jumlahnya semakin bertambah saat Doni tiba-tiba muncul dari lapangan basket dan menemani Valeria berjalan di selasar sampai masuk ke dalam kelas.

Mulanya, Valeria berusaha tidak mengindahkan tatapan siswi-siswi itu. Tetapi, lama-kelamaan, perasaan risih mulai terbit di hatinya. Valeria tidak mempermasalahkan jika banyak di antara mereka yang ingin tahu bagaimana hubungannya dengan Doni. Justru yang membuat Valeria kesal adalah cara mereka memandangnya.

Tidak hanya sekali dua kali Valeria mendapati siswi-siswi memberinya tatapan merendahka. Tak jarang juga Valeria mendengar mereka menjulukinya jelek, pendek, pesek, dan tidak pantas untuk Doni.

Valeria sadar dirinya tidak dikaruniai kecantikan seperti dewi. Valeria juga tahu banyak sekali ketidaksempurnaan di dalam dirinya. Namun, tidak berarti mereka dapat semena-mena menghinanya, kan?

"Apa lo lihat-lihat?!" kedua mata Sissy membulat sempurna. Tatapan tajamnya tertuju pada sekelompok siswi di sepanjang selasar, yang terang-terangan sedang memerhatikan dengan mimik wajah menyebalkan.

"Udah, Sy..." walaupun Valeria juga kesal, ia tidak ingin menciptakan keributan dengan siapa pun. "Diemin aja."

"Dih, ogah!" bantah Sissy. "Lo nggak lihat mereka makin ngelunjak kalau dibiarin?"

"Gue lihat. Tapi, gue berusaha nggak peduli," Valeria memaksakan seulas senyuman. "Buang-buang tenaga ngurusin orang yang dasarnya memang udah nggak suka sama kita."

"Lebih tepatnya iri hati," celetuk Celine. "Mereka gitu karena sirik lo pacarana sama Kak Doni. Pakai acara menghina fisik lagi. Padahal, harusnya mereka sadar diri. Kak Doni sukanya sama lo. Berarti, lo lebih baik dong daripada mereka."

"Pastinya!" Sissy mengangguk setuju. "Nikmatin aja dulu, Val. Memang gini resiko punya laki-laki popular yang disukai banyak perempuan. Makanya, dari sekarang gue juga udah asah mental. Biar siap nanti sama Kak Aoron."

"Siap apa?"

Valeria, Celine, dan Sissy kompak berjengit kaget. Terkejut mendapati Aoron tiba-tiba sudah berjalan tepat di belakang mereka. Di antara ketiganya, Sissy yang paling kelihatan pucat.

"Hayo, lagi pada gosipin Aoron, ya?" tuduhan Thomas semakin membuat Sissy tak berkutik.

"Lain kali bilang-bilang kalau mau gosipin Aoron. Gue mau join," gurau Aoron. Ekspresi tengilnya langsung melembut saat tatapannya bertemu dengan Valeria.

"Hei, cantik."

Rona merah bersemu di pipi Valeria. "Halo, Kak Doni..." sapanya malu-malu.

"Mau ke kantin, ya?" Doni dengan santai menggandeng tangan Valeria. "Kok, nggak nungguin aku dulu?"

"Eh?" Valeria mengerjap bingung. "Memangnya Kak Doni ngajakin bareng?"

Doni terdiam selama sepersekian detik, sebelum akhirnya tertawa lepas. "Duh, Valie...Valie..."

Gara-Gara Abang [SUDAH TERSEDIA DI SELURUH GRAMEDIA DAN TBO]Where stories live. Discover now