19 - Janji Sehidup Semati

8 1 0
                                    

Sejak insiden malam itu Mia kesulitan menemui Evan. Pemilik alis tebal itu selalu mengurung diri di jam-jam biasanya ia datang. Hari ini lebih parah, kata Bibi yang berpapasan dengan Mia di tangga tadi, sejak tadi malam Evan tidak pernah keluar kamarnya. Mia tetap mencoba mengetuk pintu kamar Evan, berharap akan dibukakan pintu dan dibiarkann masuk untuk mengobrol hal-hal seru seperti biasanya. Akan tetapi, ternyata hasilnya masih sama dengan dua hari sebelumnya. Mia harus pulang tanpa sempat bertemu dengan Evan. Terkadang Mia merasa bersalah, tetapi di sisi lain ia yakin telah melakukan hal yang tepat. Mengingat Evan semakin menjadi-jadi malam itu.

Di hari berikutnya, saat baru pulang sekolah, Elen bergegas ke lantai atas setelah mendengar suara-suara gaduh yang diyakininya berasal dari kamar sang kakak. Bahkan, beberapa kali terdengar suara gubrakan yang membuatnya bergidik ngeri.

Meski agak takut, Elen mengendap-endap ke arah pintu yang tertutup. Ia meraih handle pintu kemudian mendorongnya sangat pelan hingga kepalanya muat untuk melongok ke dalam. Sesuatu di luar dugaan seketika membuat gadis berusia 14 tahun itu terpaku, matanya memelotot, darahnya terasa beku. Selama sekian detik ia kehilangan kemampuan bergerak, sebelum akhirnya tubuhnya merosot tak berdaya. Kedua kakinya lemas seketika.

"KAK EVAN!" jeritnya histeris dengan sisa napas tersengal. Air mata meruah di pipinya.

Evan terkapar di antara barang-barang yang sudah diambrukkannya dengan darah yang terus mengalir dari pergelangan tangan kirinya.

Dengan sisa-sisa tenaga, Elen berlari keluar balkon. Ia meneriaki satpam rumahnya yang sedang berjaga di pos. Selanjutnya ia kembali ke dalam dan menghambur menuruni tangga. Ia nyaris tabrakan dengan Bibi yang hendak mengecek ke atas setelah mendengar jeritan majikan mudanya itu. Elen langsung menyambar gagang telepon di meja kecil yang berjarak beberapa langkah dari sisi tangga. Tentunya ia akan menelepon kedua orangtuanya. Sembari memencet angka-angka pada pesawat telepon, ia berusaha mengatur kembali pola napasnya. Kendati demikian air matanya malah semakin deras.

🍁🍁🍁

Assalamualaikum.

Mohon maaf sebelumnya, bab ini hanya berupa cuplikan. Kalau kamu penasaran dengan kelanjutan kisah Dirga dan Mia, silakan baca di:

* KBM App
* KaryaKarsa

Di semua platform nama akunku sama (Ansar Siri). Ketik aja di kolom pencarian. Kalau akunku udah ketemu, silakan pilih cerita yang ingin kamu baca.

Cara gampangnya, langsung aja klik link yang aku sematkan di halaman depan Wattpad-ku ini.

Aku tunggu di sana, ya.

Makasih.

Salam santun 😊🙏

Calon Besanku Cinta Pertamaku [SUDAH TERBIT]Where stories live. Discover now