Farewell Party

12.3K 870 40
                                    

Dari sekian banyaknya pesta yang pernah dia ikuti, pesta perpisahan saat sekolah menengah atas lah yang paling dia benci. Harusnya dia bersenang-senang seperti teman-temannya yang lain. Harusnya dia menikmati momen terakhir berkumpul itu dengan suka cita. Harusnya...

Banyak kata harus yang terlintas yang semestinya dia dapatkan. Tapi jalan ceritanya berbeda. Dia harus menerima kenyataan pahit karena kehilangan ibu di momen seperti itu.

Ayla Kusuma. Gadis 22 tahun yang kini tengah mengerjakan tugas akhir di salah satu perguruan tinggi swasta ternama.

"Ay!"

Ayla tersentak merasakan lengannya ditepuk cukup kuat. Dia menoleh kesal pada si pelaku yang kini juga ikut kesal padanya.

"Orang nanya tuh dijawab, Ayla... Bukannya malah bengong," kata Stella.

Ayla berdecak pelan. Dia lupa kalau Stella merupakan spesies manusia yang tidak sabaran. Kalau mengingat itu, Ayla jadi menyesal mengenal Stella. Gadis bar-bar yang berteman dengannya sejak awal masuk kuliah.

"Ya, sabar! Gue lagi mikir."

Stella memutar bola mata. Kebiasaan sekali kalau ditanya pakai pikir dulu. Dia suka kesal dengan lambannya Ayla mengambil keputusan.

"Tapi ada Moka."

Ayla mendelik tajam mendengar satu nama yang Stella ucapkan. Sedangkan sahabatnya itu langsung cengengesan menampakkan giginya yang ditempeli kawat.

"Gak deh. Males banget ketemu manusia es kayak dia."

Ayla menyeruput habis minuman di gelasnya sebelum beranjak meninggalkan Stella yang seketika lemas. Padahal dia ingin sekali hadir di pesta itu bersama Ayla.

"Ay! Tungguin!"

Ayla tidak menghiraukan panggilan Stella. Dia terus melangkah meninggalkan area kantin. Harusnya sejak tahu dosen pembimbingnya tidak ke kampus hari ini, Ayla putra balik saja kembali pulang. Bukannya buang-buang waktu bertemu manusia aneh seperti Stella.

"Tapi, Ay, di sana ramai. Lo gak bakal ketemu juga sama Moka. Kita cari tempat aman. Di poj-"

Ayla menarik lengannya yang dipeluk Stella. Dia berjalan kian cepat walaupun tahu Stella tetap akan mengikutinya.

"Ayolah, Ay. Cuma ini permintaan gue sebelum kita lulus. Lo tahu, kan, habis wisuda gue langsung ikut bokap ke London. Please..."

Ayla membuka pintu mobil, kemudian meletakkan tasnya dan menutup lagi pintu tersebut. Dia berbalik menatap Stella yang kini menempelkan kedua telapak tangannya di depan dada.

"Enggak."

"Tapi itu bakal jadi pesta terakhir yang gue hadiri bareng lo, Ay."

Ayla mengernyit melihat keteguhan Stella yang seperti ini. Biasanya juga gadis itu pergi sendiri jika dia tidak mau ikut.

"Siapa lagi yang lo incar kali ini?" Ayla bersedekap dada dan menatap penuh curiga pada sahabatnya.

Stella mengerjap, "G-gak ada," jawabanya tergagap.

"Bohong banget. Atau di sana ada Ansell?" Ayla menekan satu nama yang dia ucapkan.

Stella mencebikkan bibir. Dia mengangguk lemas dengan kedua tangan yang terkulai begitu saja.

Ayla menghela napas panjang. Sepertinya dia harus menemani gadis itu malam ini. Jangan sampai kejadian seperti tahun lalu terulang kembali.

"Oke."

Ayla berbalik dan melangkah menuju pintu mobil di sebelah kemudi. Dia masuk tanpa menghiraukan Stella yang kini melompat kegirangan melihat kepergiannya.

SHORT STORY 2024Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang