Partner in Bed

4.7K 497 3
                                    

Setelah menikah, ada beberapa hal yang mengganjal di hati Claire. Gadis 27 tahun itu sering kali berpikir ulang tentang masa perkenalannya dengan pria yang kini jadi suaminya.

"Kenapa, Kak?"

Claire menoleh pada Aurora yang kini bertanya penasaran padanya. Gadis itu tersenyum, lalu menggeleng pelan. Sudah berulang kali dia ragu seperti ini. Tidak ada tempat juga baginya untuk bercerita. Apalagi kepada Aurora, adik iparnya.

"Bang Gavin gak pulang?" Aurora kembali bertanya sambil mengalihkan pandangan ke layar ponsel Claire yang kini menyala.

"Gak tahu. Belum ada kabar." Claire meraih ponselnya dan mencebikkan bibir karena tidak ada pesan masuk dari suaminya.

"Kakak gak masalah sendirian di rumah?"

"Gak papa, Ra."

"Oke, kalau ada apa-apa kabari aku atau Mami ya."

Claire mengangguk. "Hati-hati," katanya saat Aurora beranjak dari sofa.

Suara mobil sudah terdengar dari halaman depan. Itu pasti suami Aurora. Adik iparnya itu sejak pagi menemani Claire di rumah. Karena hari sudah sore, maka dia pamit pulang.

Usai Aurora pergi, Claire meraih kunci mobilnya. Dia ingin ke supermarket untuk membeli beberapa camilan. Sejak kemarin Claire susah untuk tidur. Jadi, dia memilih menonton agar tidak merasa bosan.

Jika malam kemarin masih ada Gavin yang menemaninya di rumah, maka malam ini Claire akan sendirian saja. Kebetulan pekerja rumah tangga sedang libur dan baru kembali minggu depan. Di depan pun hanya ada satpam yang berjaga. Tidak ada yang bisa Claire ajak bicara.

"Iya, pernah dengar juga. Katanya si suami yang selingkuh, kan?"

"Iya. Ngeri ya. Istri udah cantik, idola laki-laki loh, suaminya masih aja selingkuh."

"Hm. Gak tahu lagi sih apa yang dia cari sampai selingkuh gitu. Sama sekretaris istrinya, kan?"

"Hu'um. Tapi gak bisa disalahin suaminya juga sih. Mana tahu emang istrinya gak becus di rumah."

Claire yang tengah memilih beberapa camilan menggeleng pelan mendengar obrolan 2 gadis di sebelahnya. Dia berjalan menyusuri rak makanan lain, kemudian selesai dan langsung antri ke kasir.

"Bisa jadi. Namanya laki-laki ya. Harus puas di ranjang itu nomor satu. Urusan dapur mah gak penting."

"Penting juga. Urusan ranjang sama dapur harus seimbang."

Kedua gadis tadi ikut antri di belakang Claire. Obrolan mereka sepertinya masih berlanjut dan itu membuat Claire menyunggingkan senyum maklum. Namanya juga gosip, pasti mudah dijadikan bahan obrolan seru.

Usai membayar, Claire kembali ke mobilnya. Tidak ada lagi yang perlu dia beli sehingga kini kendaraan itu melaju kembali ke kediamannya.

Claire tidak langsung ke kamar. Dia ke dapur terlebih dahulu untuk mengambil minuman. Gadis itu harus banyak minum air putih seperti yang dokter anjurkan.

Kening Claire berkerut dalam saat naik ke lantai 2 di mana kamarnya berada. Sebelum pergi dia sangat ingat untuk menutup pintu kamar. Tapi kini benda itu terbuka lebar.

Langkah kaki Claire membawanya masuk dengan pelan. Jantungnya berdegup dengan kencang. Antara takut dan cemas.

"Mas Gavin?"

Pria yang dia panggil itu membalikkan badan. "Kamu dari mana? Aku panggil gak nyahut. Aku telpon malah hapenya tinggal."

Claire menghela napas panjang. Dia menatap kasur di mana ponselnya berada. Dia memang melupakan benda itu saat tadi mengambil kunci mobil.

SHORT STORY 2024Where stories live. Discover now