Minor Incidents

4.4K 505 10
                                    

Hamparan laut luas membuat pikiran Chloe sedikit tenang. Sudah 2 tahun dia menyukai laut seperti ini. Rasanya benar-benar menenangkan mendengar bunyi ombak dan angin yang bertiup di sekitarnya.

"Mau sampai kapan, Chloe? Karir lo lagi di puncak. Jangan larut sama kesedihan lo."

Chloe menoleh, lalu tersenyum tipis. Dia bukan melarikan diri. Chloe hanya butuh ketenangan sejenak. Hanya itu. Tapi sepertinya banyak yang salah paham akan kondisinya saat ini.

"Ambil semua job yang masuk. Apa pun. Gue mau fokus kerja aja mulai sekarang. Gak mau cinta-cintaan dulu."

Laki-laki gemulai di sebelah Chloe tersenyum senang. Dia menepuk punggung gadis itu dengan pelan berulang kali. Jari-jarinya melentik saat berbicara pada Chloe.

"Okay, Beib! Gue bakal hubungi dokter buat ngasih lo vitamin biar kuat menghadapi kerasnya duniahhh."

"Gue mau suntik aja. Gak mau yang diminum," Chloe memberi tahu.

"Siap, laksanakan!" seru laki-laki itu dengan suara cemprengnya.

Meski tidak langsung sembuh sepenuhnya, setidaknya dia harus menghadapi tahap per tahapnya menuju kesembuhan itu sendiri. Seperti kata salah satu temannya, "terlukalah sampai lo sembuh."

Awalnya Chloe tidak paham maksud yang disampaikan dari kalimat itu. Tapi sekarang, dia mengerti. Chloe hanya perlu terbiasa, lalu sembuh seutuhnya.

Hanya butuh 1 jam untuk Chloe menikmati setiap hembusan angin di tepi pantai. Puas memperhatikan laut di hadapannya, Chloe kembali masuk ke dalam mobil.

"Karena lo udah setuju, jadi gue bakal terima semua tawaran yang masuk ya. Jangan plin plan, bisa-bisa gue yang digorok bos besar," kata laki-laki di sebelah Chloe.

"Iya, bawel."

Chloe memeriksa beberapa pesan yang masuk ke ponselnya. Banyak pesan yang terlewatkan olehnya. Apalagi di grup yang berisi dia dan 2 temannya.

"Nanti malam gue kosong, kan?" tanya Chloe.

"Enggak, Beib. Gue baru aja terima tawaran kerjasama dengan Mas Ian."

Chloe menoleh dengan kesal. Apa harus secepat ini? Padahal dia ingin pergi dengan kedua temannya. Sudah lama mereka tidak punya waktu bertiga.

"Besok?"

"Kosong."

"Oke, besok gue ada janji sama Sera dan Rora. Awas aja lo--"

"Iya, iya. Besok lo bebas. Lusa balik sibuk lagi."

Chloe tersenyum senang. Sejak dia dan kedua temannya memasuki masa akhir kuliah, lebih tepatnya penyelesaian tugas akhir, mereka jarang punya waktu untuk bersama.

Apalagi Chloe yang memilih untuk bekerja sebagai model yang hanya punya sedikit waktu luang. Ditambah lagi dia juga sibuk menyembuhkan diri dari luka patah hati ditinggal sang kekasih.

Siang sudah berganti malam. Chloe tengah bersiap di ruang ganti ketika mendengar sorak-sorai dari ruang pemotretan.

"Beib, udah? Mas Ian udah ready."

"Oke," Chloe beranjak dari duduknya dan mulai mengenakan dres yang akan dia gunakan untuk pemotretan sesi pertama. Dia dibantu oleh beberapa asisten pribadinya.

"Make up lo agak beda," kata laki-laki itu lagi saat memperhatikan wajah Chloe.

Chloe memutar bola mata mendengar ucapan manajernya itu. "Peka banget sih lo," ejeknya.

Laki-laki itu tertawa geli, "Harus dong."

Chloe selesai dengan dresnya. Dia mengikuti langkah manajernya menuju ruang pemotretan. Di sana sudah seorang fotografer yang bekerjasama dengannya malam ini.

SHORT STORY 2024Where stories live. Discover now