The Perfect Meeting

5.6K 886 41
                                    

Seorang gadis menatap gusar pada layar ponselnya. Dia tengah menunggu balasan pesan dari seseorang yang sejak 2 hari lalu menghilang tanpa kabar.

"Nau, Bu Ajeng minta semua anggota BEM kumpul di aula."

Naura namanya. Dia menjabat sebagai sekretaris di organisai Badan Eksekutif Mahasiswa. Sudah tahun ke-tiga dia terpilih secara berturut-turut. Tidak ada yang mau menggantikan posisi Naura karena presidennya galak.

"Alvian udah di sana?" tanya Naura sambil memasukkan ponselnya ke dalam tas.

"Dia izin. Delvan yang gantiin."

Naura menghela napas, "Yohana?"

Jihan, sahabat Naura mengedikkan bahu. Dia tidak tahu keberadaan orang yang Naura tanyakan.

"Kenapa? Lo murung sejak pagi."

Naura kembali menghela napas. Ada yang mengganjal di hatinya. Tapi dia tidak tahu apa yang membuatnya merasa demikian. Entah karena Alvian tidak datang atau karena pesannya diabaikan oleh laki-laki itu.

"Alvian udah 2 hari gak bales chat gue. Delvan gak ada ngomong apa gitu ke lo?"

Jihan menggeleng pelan, "Gak ada. Lo udah coba telpon?"

"Belum. Takutnya dia sibuk dan gue gak mau ganggu."

Jihan mengangguk membenarkan. Apalagi mereka tahu kalau Alvian paling benci diganggu.

"Udah. Nanti kita tanya Delvan. Sekarang ke aula dulu. Ayo," ajak Jihan sambil menggandeng lengan Naura.

Naura melangkah dengan berat. Meskipun Alvian terkenal galak, tapi laki-laki itu punya sisi manis yang tidak ditunjukkan pada sembarang orang. Naura salah satu yang beruntung karena bisa merasakannya.

"Gue baca chat di grup gosip kampus. Lo sama Alvian udah seminggu gak keliatan jalan bareng. Orang-orang pada ngira kalian udah putus."

Naura mengernyit heran mendengar ucapan Jihan. "Aneh banget. Emangnya orang pacaran harus ketemu dan jalan tiap hari? Kayak gak punya kehidupan sendiri aja."

Jihan terkekeh, "Namanya juga haters. Lagian ya, banyak dari mereka yang gak suka lo sama Alvian bertahan selama ini. Gak usah diambil pusing."

Naura mengangguk membenarkan. Sejak dia dan Alvian si presiden galak menjadi sepasang kekasih, banyak mahasiswi yang memusuhinya. Padahal Naura dan Alvian cocok bersanding bersama.

"Cobaan jadi cewek cantik dan cowok ganteng emang gak ada habisnya," keluh Naura. Jihan tertawa puas di sebelahnya.

Mereka memasuki aula dan di sana sudah ramai oleh anak BEM. Ada Delvan selaku wakil presiden juga yang kini duduk di kursi paling ujung yang biasanya diduduki oleh Alvian.

"Pasti bahas acara ulang tahun kampus ya?" bisik Jihan.

"Hm. Udah ketebak," balas Naura.

Bu Ajeng memberikan beberapa masukan yang diperintahkan sesuai permintaan rektor dan dekan-dekan masing-masing fakultas mengenai acara ulang tahun kampus.

Naura dan Jihan sudah beberapa kali menguap dan hal itu disadari oleh Delvan yang duduk tak jauh dari mereka.

Rasanya membosankan bagi Naura jika tidak ada Alvian seperti ini. Biasanya dia bisa memperhatikan wajah tampan Alvian jika merasa mulai bosan atau mengantuk. Tapi kali ini objeknya tidak hadir. Entah ke mana laki-laki itu.

Usai dari aula, Naura dan Jihan berpisah. Mereka kembali ke kelas masing-masing. Kebetulan hari ini dosen mata kuliah Naura di jam terakhir tidak masuk. Dia bisa pulang lebih awal, sedangkan Jihan masih ada kelas lain.

SHORT STORY 2024Where stories live. Discover now