Shopia's Memories

4.6K 348 3
                                    

Shopia melangkah dengan riang memasuki sebuah rumah mewah. Dia selalu berdoa kalau kelak, ketika dia menikah, dia ingin punya suami seperti suami kakaknya. Bukan orangnya. Tapi sikap dan pengertiannya.

Kakak Shopia termasuk wanita beruntung yang menikah dengan pria mapan penuh perhatian. Wanita itu hidup berkecukupan sejak kecil hingga menikah. Setidaknya itu yang Shopia ketahui hingga saat ini.

"Holaaaa ... ."

Shopia berlari kecil untuk memeluk wanita yang kini terkejut akan kehadirannya. Senyum wanita itu mengembang seketika setelah sadar dari rasa keterkejutannya. Dia memeluk Shopia dengan erat sambil menciumi pipi Shopia.

"Akhirnya kamu pulang juga, Dek," kata Tika, kakak Shopia.

Shopia tertawa geli. "Kangen banget kayaknya sama aku," godanya.

"Iyalah. Sepi banget rumah gak ada kamu."

Shopia menyengir lebar. Dia menoleh pada anak kecil yang mendongak padanya dengan mata bulat menggemaskan.

"Ini ... anak siapa?" tanya Shopia sambil menatap Tika bingung.

"H--hah?"

Shopia berjongkok di depan anak kecil itu, lalu mencubit gemas pipinya. Shopia menyukai anak-anak. Apalagi yang menggemaskan seperti ini.

"Sayang, minta susunya ke mbak, ya? Mama mau nemenin bunda dulu," ujar Tika pada anak kecil di sampingnya. Dia mengusap lembut rambut anak itu.

Anggukan lucu yang diberikan anak di depannya membuat Shopia tersenyum gemas. Dia membiarkan anak itu berlari meninggalkan mereka.

"Ayo ke kamar kamu. Udah Kakak bersihin. Barang-barang lama kamu Kakak taruh di gudang."

"Kenapa dibuang ke gudang?" Shopia terkejut.

"Gak dibuang, Dek. Menurut Kakak lebih baik ditaruh di gudang aja. Biar suasana kamar kamu gak terlalu ramai sama barang-barang itu."

Shopia sedikit kesal karena Tika berbuat sesukanya. Padahal Shopia menyukai kamarnya sama seperti sebelumnya. Barang-barang itu punya Shopia. Tika tidak berhak mengeluarkannya tanpa izin darinya.

Saat memasuki kamar, Shopia menatap hampa ruangan luas itu. Rasanya banyak yang hilang. Tapi dia bisa apa? Tidak mungkin juga Shopia membawa kembali barang-barangnya sendiri. Dia butuh bantuan jika ingin melakukannya.

"Kamu mau berendam? Kakak siapin air hangat."

"Gak usah, Kak. Nanti aja. Aku mau beres-beres barang dulu," tolak Shopia sambil tersenyum. Dia ingin menatap barang bawaannya sebelum membersihkan diri.

"Oke. Kalau butuh apa-apa kamu tinggal panggil Bibi. Kakak ke bawah dulu ya."

Shopia mengangguk saja. Usai Tika keluar dari kamarnya, Shopia langsung menghela napas panjang. Rasanya menyesakkan kembali ke sini. Tapi Shopia harus melakukannya.

***

Makan malam telah tiba. Shopia duduk berhadapan dengan Tika. Di ujung meja, tepatnya di kursi yang biasanya duduk kepala keluarga ada suami Tika, Cakra. Agak canggung rasanya mereka duduk bertiga seperti ini.

"Kenapa gak dimakan, Dek? Gak enak ya?"

Shopia tergagap. Dia tidak tahu kalau Tika memperhatikan gerak-geriknya. Dia memang tidak berselera untuk makan saat ini. Selain pikirannya tidak tenang, Shopia juga merasa risih dengan keberadaan Cakra. Apalagi dia menyadari pria itu sejak tadi menatapnya dengan terang-terangan.

"Aku duluan ya, Kak," kata Shopia sambil beranjak dari duduknya.

Tika menatap heran kepergian adiknya. Sedangkan Cakra menatap penuh peringatan pada Tika.

SHORT STORY 2024Where stories live. Discover now