Evil Plan End Sweetly

7.1K 696 18
                                    

Tidak ada yang tidak gugup saat melakukan kesalahan. Tapi gugup yang dirasakannya saat ini bukan karena gugup takut ketahuan, melainkan gugup karena takut gagal dan tidak akan ada kesempatan lain yang datang nantinya.

Stella Noelle. Dia nekat mencampurkan minuman yang dipegangnya dengan obat yang susah payah dia dapatkan. Harus menunggu berminggu-minggu agar dia bisa mendapatkan yang terbaik.

"Semoga aja dia gak curiga," gumam Stella saat kakinya melangkah kian dekat dengan seseorang.

"Boleh gabung?"

Stella menyerahkan satu gelas berisi minuman alkohol ke arah lawan jenis di sampingnya. Gelas itu diterima tanpa rasa curiga. Stella tersenyum senang. Apalagi laki-laki tersebut mengajaknya untuk bersulang.

Sambil meneguk minumannya, Stella melirik cairan di gelas lawan jenisnya. Habis tak bersisa. Hati Stella bersorak senang. Dia sedang menerapkan pepatah 'jodoh kadang harus dijebak' yang dilontarkan oleh ibunya.

Sial. Stella jadi panas dingin menunggu reaksi obat tersebut. Tubuh liat di sampingnya mulai terlihat gelisah dan sesekali mengusap tengkuknya. Ternyata obat itu cepat bereaksi. Pantas saja harganya lumayan mahal.

"You okay?"

Stella menoleh ke samping dengan raut wajah khawatir. Lebih tepatnya pura-pura khawatir. Di dalam hatinya menjerit kegirangan karena rencananya berhasil. Untung saja teman-teman laki-laki itu sudah berbaur dengan yang lain di lantai dansa.

"Lo gak gerah?" tanya laki-laki itu.

Stella mengernyit saat ditatap dengan tajam oleh laki-laki di sebelahnya. Kepala Stella menggeleng dengan ekspresi polos.

"Lo kepanasan?" kekeh Stella.

Ansell Orlando. Laki-laki yang sejak lama sudah Stella sukai kini menyandarkan kepalanya di sofa yang mereka duduki. Kepala Ansell berdenyut dan sialnya suara Stella membuat hal itu kian memburuk.

"Ansell, lo sakit? Muka lo keringetan," ucap Stella sambil menyentuh pipi Ansell.

Ansell menahan pergelangan tangan Stella, lalu menatap kian tajam pada gadis itu. Dia tahu ada yang salah dengan minuman yang Stella berikan padanya.

"Lo..."

Stella terkekeh geli, "Enak?" bisiknya dengan nada puas.

Ansell kesal. Kepalanya semakin berdenyut bersamaan dengan hasratnya yang kian memuncak. Stella harus diberi pelajaran agar tahu akibat dari ulahnya kali ini.

"Lo harus tanggung jawab!"

Stella menahan dada Ansell dan menatap penuh peringatan pada laki-laki itu. Ansell pasti sudah gila jika membalasnya di tempat seperti ini.

"Kenapa? Lo takut?" Ansell tersenyum sinis.

"Gue? Takut?" Stella balas tersenyum miring. Wajahnya dan wajah Ansell kini tidak ada jarak lagi. Ujung hidung mereka sudah bersentuhan.

Ansell meremas pinggang Stella saat gadis itu tanpa ragu mengendus pipinya.

"Lo kali yang takut," bisik Stella.

Ansell mengumpat kasar. Dia dorong tubuh Stella hingga gadis itu terbaring di sofa. Kini tubuh kekar Ansell menindih tubuh Stella dengan kedua lengan gadis itu yang dia tahan di atas kepala.

Bibir Ansell dengan ganas mengendus kulit leher Stella membuat beberapa tanda di sana. Tidak ada yang menyadari apa yang mereka lakukan karena pencahayaan ruangan kini sudah meremang. Suara musik juga kian memekakkan telinga.

"Aahh..."

Ansell melepaskan lengan Stella dan membiarkan gadis itu menarik tengkuknya. Dia ingin disentuh juga oleh Stella. Dia ingin merasakan tubuhnya menggila saat kulit mereka saling bertemu.

SHORT STORY 2024Where stories live. Discover now