Aurora - 17

89K 9.9K 2.7K
                                    

Gue terdiam. Main ke Everland? Sama Sean???

Jujur, gue mau. Sangat mau. Hell! Siapa sih yang nggak mau ke Everland? Sama cowok ganteng modelan Sean pula! Gue nggak akan menolak. Serius! Tapi masalahnya, gue nggak mau menyulut kecemburuan Bryan. Gue foto bersama Sean saja dia marah, apalagi main ke Everland. Tapi masalahnya, gue nggak enak mau menolak permintaan orang yang sedang sakit.

"Au-ya. Bagaimana?" desak Sean menyadarkan gue.

"Aku tanya Bryan dulu," ucap gue sambil meletakkan mangkok di nakas. Gue meraih ponsel untuk menghubungi Bryan.

"Kenapa harus tanya dia?" heran Sean.

"Biar bagaimana pun aku asistennya. Aku butuh izinnya untuk keluar bersama member lain," ucap gue beralasan.

Sean mengangguk-ngangguk tepat di saat Bryan menjawab panggilan gue.

"Ada apa?" tanya Bryan.

Gue belum sempat bicara, tiba-tiba saja Sean merebut ponsel dari tangan gue. Sangat cepat! Padahal dia sedang sakit....

"Aku ingin mengajak Au ke Everland," ucap Sean.

"...."

"Tidak sekarang! Nanti kalau aku sudah sembuh."

"...."

"Hanya sehari saja."

"...."

"Tidak! Aku akan berhati-hati."

"...."

"Iya!" Sean mengakhiri panggilan dan menyerahkan ponsel itu ke gue dengan senyum penuh kemenangan.

Gue mengerjap tolol.

"Dia sudah memberi izin. Jadi tidak ada alasan lagi untuk menolak," kata Sean yang membuat gue bingung harus bagaimana.

Gue pun meletakkan ponsel dan mengambil kembali mangkok sup dari nakas. Gue terdiam seraya menyodorkan suapan pertama yang disambut riang oleh Sean. Dia makan sangat lahap, sementara gue sibuk dengan pikiran yang mendadak rumit. Karena terlalu rumit, gue jadi kurang fokus menyuapi Sean.

Begini, gue serius soal gue yang mau diajak jalan ke Everland. Tapi gue menempatkan perasaan Bryan di atas semuanya. Meskipun Bryan memberikan izinnya, tapi gue nggak yakin itu ikhlas. Dia pasti mengalah agar Sean cepat sembuh. Yang gue tahu, Bryan bukan tipe orang yang egois dibalik keisengan dan sikap menyebalkannya yang hakiki. Dia sangat memikirkan perasaan orang lain.

"Au...."

Gue mendongak. Bibir gue membulat dengan mata melotot saat melihat krim sup belepotan di bibir sampai hidung Sean.

"Astaga! Maaf, Sean! Aku tidak sengaja!"

"Kenapa melamun?" decak Sean terdengar kesal.

Gue nggak menjawab dan segera melesat ke dapur untuk mencari tisu. Di titik ini, gue merasa jadi orang yang paling bodoh di depan Sean. Pertama, gue mengompres dia memakai kolor merah jambu. Kedua, gue salah suap ke hidung dia. Kurang apalagi coba kebodohan gue???

Gue kembali ke kamar dengan sekotak tisu. Gue pun membersihkan krim yang belepotan di hidung Sean. Perasaan gue bercampur aduk antara malu dan nggak enak. Tapi gue harus bertanggung jawab atas kebodohan yang gue lakukan. Demi Tuhan, hati ini bergetar sewaktu gue nggak sengaja menyentuh bibir tipisnya. Wajah gue spontan memerah.

Ya Tuhan, ini cobaan ... ini cobaan....

Gue berusaha menyingkirkan perasaan aneh yang mendadak muncul. Tapi cara Sean memandang gue dengan sangat lekat membuat niat mulia gue perlahan menguap. Gue berusaha mengabaikan itu. Tapi sekuat apa pun gue berusaha, gue nggak sanggup melawan tatapan dalam Sean yang mengintimidasi. Gue segera menarik tangan ini dari wajah Sean.

Fangirl TaleWhere stories live. Discover now