Aurora - 28

38.6K 7.3K 1K
                                    

Bugh!!!

"Awww!"

Gue memekik saat sebuah benda mengenai punggung gue. Lalu terdengar suara orang yang berlari menjauh dengan terburu-buru. Sontak Lisa menoleh dengan wajah marah.

"Heh!!!" bentak Lisa.

Percuma karena orangnya lari cepet banget. Lisa pun buru-buru mengecek punggung gue yang terasa ngilu. Ya gimana nggak ngilu? Punggung gue dilempar pakai botol minum yang masih ada isinya. Untung cuma botol plastik, bukan botol kaca.

"Punggung lo nggak kenapa-kenapa, kan?"

Gue meringis. "Sakit. Tapi nggak apa-apa."

"Ayo buruan jalan. Gue khawatir beneran nih sama lo," kata Lisa menarik tangan gue.

Langkah Lisa yang lebar dan cepat membuat gue harus mengimbangi di tengah ngilunya punggung. Sesampai di kamar, Lisa langsung mengunci pintu dan menyingkap paksa piyama gue.

"Punggung lo merah. Tapi nggak memar kok," ucap Lisa setelah mengecek punggung gue.

Gue diem aja sambil merapikan piyama yang disingkap sama Lisa tadi. Gue masih nggak habis pikir sama kejadian tadi. Padahal gue udah pakai masker, tapi tetep aja ketauan. Segitu fanatiknya fans Sean sampai getol mengincar gue?

Perasaan gue mengatakan, ini baru permulaan. Gue harus siap menerima kemungkinan yang lebih buruk ke depannya. Hari ini gue dilempar. Besok apa? Mengingat itu, rasanya gue mau nangis lagi.

Gue melangkah gontai ke kasur, lalu berbaring. Masa bodohlah sama paper. Gue butuh istirahat. Gue capek lahir batin. Gue galau karena harus hiatus dari apartemen Bryan selama sebulan. Gue sedih karena cuma boleh chat sama video call-an sebagai pengganti meet up selama jangka waktu sebulan.

Lisa memandang gue dengan iba. Tapi mendadak ponsel dia berdering. Mata belonya semakin belo saat melihat nama penelpon.

"Ra! Nyokap lo nelfon!" seru Lisa mengejutkan gue.

Buru-buru gue bangun dari kasur dan menyambar ponsel gue di tas. Oh, ternyata ponsel gue mati. Pantesan nelponnya ke Lisa.

"Halo. Assalamu'alaikum, Tante," sapa Lisa mendadak alim dan mengaktifkan mode handsfree.

"Wa'alaikumsalam, Nduk Lisa. Rora-nya ada?" tanya ibu gue.

"Ada, Nte. Mau ngomong sama Rora?"

"Iya. Hape dia ndak aktif. Jadi tante telponnya ke kamu."

"Oh iya, Nte. Ini Rora-nya," ucap Lisa memberi ponsel apel krowaknya ke gue.

Gue menarik napas panjang sebelum menerima ponsel itu. Gue tau, ibu gue pasti mau menanyakan soal gosip yang menimpa putri cantiknya ini. Gue bakal jujur ke ibu gue, termasuk bagian sandiwara itu.

"Halo, Bu."

"Nduk, piye kabarmu?"

"Sae, Bu," jawab gue pelan. "Ibu gimana kabarnya?"

"Alhamdulillah. Kuliahe lancar, Nduk?"

"Iya, Bu. Sebentar lagi mau ujian. Ada apa, Bu?"

Ibu gue terdiam sebentar yang membuat gue semakin yakin dengan pertanyaan yang akan beliau lontarkan.

"Ibuk habis ditunjukin sama anak tetangga, ada foto kamu sama cah bagus ciuman di mobil malem-malem. Katanya ada kamu pacaran sama artis Korea yang namanya Se Se itu. Malu ibuk liatnya. Di sini kamu jadi bahan omongan. Jelasin ke ibuk, Nduk."

Fangirl TaleTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang