Aurora - 27

40K 7.3K 1.4K
                                    

"Mungkin untuk sementara waktu, kau jangan ke sini dulu."

Gue terkesiap. Maksudnya apa? Gue dipecat? Please, gue belum siap kehilangan mata pencaharian gue di sini. Ah, bukan! Bukan itu masalah utamanya! Gue udah terlanjur terbiasa melihat wajah Bryan. Gue terlalu terbiasa dengan dia. Gue nggak yakin sanggup melewati hari tanpa dia.

Demi apa pun! Gue harap Bryan nggak serius.

"Kenapa?" Suara gue mulai bergetar.

"Aku takut orang akan curiga karena kau terlalu sering ke sini."

"Bilang saja aku tinggal di gedung apartemen ini!" tukas gue pedih.

Gue nggak tau sejak kapan hati ini jadi sangat sensitif. Bahkan pembicaraan barusan telah membuat mata gue berkaca-kaca. Tenggorokan gue tercekat. Gue baru tau kalau mencintai bisa membuat seseorang jadi selemah ini. Kalau kata band Geisha: tetapi kulemah karena cintaku padamu.

Sumpah! Itu true banget!

Gue jadi lemah di depan Bryan.

"Bisa tidak kau mencari jalan keluar yang tidak membuat hatiku sakit?"

Air mata gue mulai merembes. Gue meletakkan gelas di atas meja, lalu menenggelamkan wajah gue di antara paha. Tangisan gue pecah di sana. Gue bersumpah, gue terlihat sangat konyol dan kekanakan. Tapi persetan dengan itu. Hati gue butuh pelampiasan!

Gue merasakan kedua lengan Bryan mendekap tubuh gue. Kehangatan sentuhan dia menjalari punggung gue, seolah menyusup ke pembuluh darah dan merasuk tepat di hati gue. Dada gue bergemuruh dengan segala kesedihan. Isakan gue makin kencang.

"Maaf...," ucap dia pelan.

Gue masih terisak. Bryan mengecup puncak kepala gue. Sementara gue masih berkubang dalam kepedihan hati. Gue berusaha mengumpulkan suara untuk menyuarakan isi hati.

"Kencan bersama Sean saja sudah membuatku menderita...." Gue bersusah payah mengatakan itu di tengah isakan. "Aku.... aku.... tidak mau semakin jauh denganmu. Aku tidak mau...."

Dekapan Bryan yang semakin kuat membuat hati gue semakin sakit. Gue masih terpuruk, menangis tersedu-sedu sambil menyembunyikan wajah.

"Ini demi kebaikanmu, Aurora. Aku tidak mau banyak yang curiga karena kau sering ke sini," ucapnya berusaha memberi pengertian ke gue.

"Hanya sebulan saja. Jika kau rindu, kau bisa melihat wajahku di televisi. Di youtube juga banyak," lanjut dia.

Gue mengangkat wajah, menegakkan tubuh gue, dan menatap dia dengan kejengkelan maksimal. "Lalu apa bedanya aku dengan penggemar yang lain?! Apa bedanya dengan fangirl lain jika aku hanya bisa melihat wajahmu dari layar ponsel?! Apa bedanya aku dengan mereka yang mengaku istri online-mu?!"

Bryan mengusap air mata gue. Dia berusaha tersenyum untuk menghibur gue. Isakan gue mulai mereda saat dia meraih tangan gue dan membimbing ke dadanya.

"Bedanya di sini," ucap dia menempatkan tangan gue di dada bagian kirinya. Sementara tangan kanannya mengelus rambut gue dengan penuh kasih.

Gue terdiam dengan sisa-sisa kesedihan.

"Aurora, hanya sebulan. Setelah itu, kita jalani semuanya seperti semula. Oke?"

Gue menunduk.

Hanya sebulan? Hanya.... Tapi selama 30 hari itu banyak kemungkinan yang bisa terjadi. Gue takut rasa sayang dia luntur. Apalah gue dibandingkan dengan para gadis cantik yang ada di lingkar pergaulan dia. Dari segi apa pun, gue kalah saing. Gue takut Bryan kepincut sama artis lain.

Fangirl TaleWhere stories live. Discover now