Obat Rasa Sakit

25 5 5
                                    

Freya Lencheister tinggal dengan neneknya yang merupakan salah satu generasi pertama yang menempati desa. Orang-orang menganggapnya sesepuh yang harus dihormati. Nenek Lencheister sangat baik pada semua orang, dan tak pernah memandang umur mereka.

Fakta bahwa dia adalah nenek dari Frey tentu membuat rasa hormat Judy padanya lebih besar daripada yang lain.

Judy melintasi di depan rumah keluarga Lencheister ketika wanita tua itu memanggilnya dengan suara serak dari teras rumah.

"Judy, kaukah itu?" tanya Nenek. Judy berhenti melangkah dan melongokkan kepalanya ke teras rumah. Nenek Lencheister sedang duduk di kursi goyangnya, tangannya memegang untalan benang. Tampaknya sedang merajut sesuatu.

"Ya, Nenek?" Judy melangkah ke teras rumah Lencheister dan menghampiri Nenek.

"Bisa kuminta bantuanmu?" Nenek menyerahkan sebuah jarum kecil dan benang tipis. "Aku tak bisa memasukkan benangnya ke lubang jarum. Benang ini tipis sekali dan lubang jarumnya juga kecil, penghilatanku sudah tak sanggup. Bisakah kau lakukan untukku?"

Judy tersenyum dan duduk di kursi yang berada di sebelah Nenek dan tak perlu waktu lama baginya untuk memasukkan benang ke dalam lubang jarum. Setelah menyerahkan jarum dan benangnya ke Nenek, wanita tua itu berterimakasih.

"Apa kau baru saja hendak bermain dengan Frey?" Nenek Lencheister bertanya selagi menjahit selembar kain di pangkuannya. "Perutnya sakit, dia bahkan tidak bisa berdiri dan hanya berbaring terus."

Judy melongok ke dalam. "Dia baik-baik saja?"

"Kurasa. Kau tak perlu khawatir, Judy, para perempuan sudah terbiasa dengan siklus bulanan ini. Mungkin besok rasa sakitnya berangsur hilang."

Judy bangkit berdiri. "Aku akan menghampiri Frey. Tunggu sebentar, Nenek."

Ia masuk ke dalam rumah dan berjalan ke dapur. Judy mengambil gelas dan teko berisi air hangat, lalu menuangkan beberapa sendok daun teh ke gelas. Setelah menambahkan gula, ia mengaduk-aduk gelas tehnya dan merenung. Apakah sesakit itu sampai tidak bisa bangun?

Judy membawa gelas itu ke kamar Frey yang kecil. Ia membuka pintu dengan perlahan dan melihat gadis yang dicarinya hanya berbaring di tempat tidur dan wajahnya kelihatan tersiksa.

"Apakah sesakit itu?" suara berat Judy memecahkan keheningan di kamar Frey. Gadis berambut ikal itu tersentak dan menoleh ke arah pintu, melihat Judy dengan gelas berisi teh di tangannya.

"Apanya?"

"Siklus bulanan."

"Ya, memang sesakit itu," Frey beranjak duduk dan Judy pun duduk di tepi tempat tidurnya, lalu menyodorkan gelas teh itu padanya.

Gadis itu menaikkan sebelah alisnya. "Wow, kau sedang baik sekali."

"Aku hanya kasihan padamu."

Frey meringis, dan menerima gelas yang disodorkan Judy. Ia menyesap teh hangat itu sedikit demi sedikit. Setelahnya, tersenyum kecil. Judy pun ikut tersenyum.

"Kau sungguh tak apa-apa?" Judy bertanya selagi mengambil kembali gelas tehnya. "Tak biasanya kau sampai begini. Kau bahkan tak masuk sekolah."

Frey menggeleng. "Tak apa-apa. Mungkin ini bukan hanya sakit perut biasa. Mungkin aku juga terkena demam. Entahlah. Kenapa kau jadi mempertanyakan itu?"

"Lain kali kau harus memperhatikan siklus bulananmu itu. Kau kemarin terlalu sibuk di sekolah. Mungkin itu alasan kenapa kau jadi drop sekarang," omel Judy.

Frey mengangguk-angguk. "Oke, baiklah, aku mengerti. Aku bersumpah padamu, besok aku sudah mulai sembuh. Sekarang, bisakah kau keluar? Aku mau tidur lagi."

Judy mendelikkan matanya pada Frey sebelum bangkit dan meletakkan gelas teh di nakas sebelah tempat tidur. Ia merapikan selimut yang menutupi tubuh Frey, kemudian melambaikan tangan. "Beristirahatlah."

Frey balas melambaikan tangan. "Oke. Selamat tinggal."

Judy menutup pintu kamar Frey rapat dan kemudian keluar rumah. Ia mendapati Nenek Lencheister masih sibuk menjahit di kursi goyangnya. Melihat Judy sudah keluar, wanita itu tersenyum.

"Apa yang kau lakukan di kamar Frey?" tanyanya.

"Aku hanya membuatkannya teh. Dan mengomelinya. Lalu menyuruhnya istirahat," Judy duduk di sebelah Nenek. "Aku tahu dia sakit karena terlalu kelelahan di hari-hari sebelumnya."

"Terimakasih, Judy," Nenek Lencheister tersenyum hangat. "Sedikit saja kunjungan darimu akan membuatnya jadi lebih baik. Percayalah padaku. Berkat kunjunganmu hari ini, besok pasti dia sudah mulai sembuh dan ceria lagi. Kau boleh pegang kata-kataku."

"Kenapa? Aku hanya membuatkannya teh," Judy terkejut dengan kata-kata itu.

"Kadang, kepedulianmu pada seseorang. Itulah obat dari rasa sakit yang sesungguhnya." Nenek Lencheister mengelus kepala Judy.

Jude & FreyHikayelerin yaşadığı yer. Şimdi keşfedin